Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi mengatakan petugas sigap memadamkan sumber api sehingga tak ada lahan Cabai Rawit Hiyung yang terbakar.
"Di area Sentral Cabai Rawit Hiyung ini ada 20 hektar lebih. Ada yang siap panen, pemeliharaan dan baru tanam," ujar Junaidi.
Jika api menjalar ke sentral cabai terpedas di Indonesia itu, diungkapkan Junaidi, maka petani berpotensi mengalami kerugian sekitar Rp500 juta dengan perkiraan harga cabai sebesar Rp65 ribu per kilogram.
Baca juga: BPBD Tapin berjibaku padamkan karhutla hingga malam
Junaidi menyebutkan terdapat tiga titik api yang membakar semak belukar di sekitar Sentral Cabai Rawit Hiyung yang terlihat sejak pukul 15.00 Wita.
"Api semakin menjalar dan membesar habis magrib," ucap Junaidi.
Kebakaran lahan di sekitar Sentral Cabai Rawit Hiyung tersebut bukan kali pertama, namun menurut Junaidi, kejadian ini cukup mengancam ke pemukiman warga.
Baca juga: Akibat karhutla pemilik kawasan di Tapin bisa masuk penjara
"Hari ini mengkhawatirkan, api ada yang arah perkebunan cabai dan pemukiman," ungkapnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tapin Sofyan mengatakan petugas sudah memadamkan 95 persen sumber api tersebut, sedangkan sisanya jauh dari jangkauan.
"Medan sedikit sulit untuk menjangkau api ditambah air sulit di beberapa titik," ungkap Sofyan.
Saat ini, masih tersisa satu titik api masih berkobar, Sofyan mengungkapkan petugas bersiaga guna mengantisipasi api menjalar ke pemukiman di Desa Hiyung.
"Ada 13 BPK yang ikut berpartisipasi menghalau dan memadamkan api malam ini," tutur Sofyan.
Baca juga: Bupati Tapin : Jangan terjadi lagi karhutla lahap pertanian