Banjarmasin (ANTARA) - Direktur Utama, PT Dharma Lautan Utama (DLU) Erwin H. Poedjono, SE optimis DLU dapat menguasai pasar pada rute Surabaya-Banjarmasin, setelah perusahaan armada pelayaran Nasional PT Dharma Lautan Utama, kembali meluncurkan kapal terbaru KM Dharma Kartika II.
Berdasarkan rilis DLU, yang diterima Senin, di Banjarmasin, armada KM Dharma Kartika II itu, berukuran panjang 153 meter dan lebar 25 meter ini, berkapasitas 788 penumpang dengan Kendaraan 85 truk besar, 20 truk sedang, 50 kendaraan kecil tu dibangun di galangan PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia.
"Kapal ini didesain dalam waktu yang relatif singkat, dan kapal ini berkecepatan maksimal 24 knot dengan waktu tempuh surabaya-banjarmasin hanya 15 jam" Kata Erwin H. Poedjono di dermaga Zamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Sabtu (14/7).
Dikatakan Erwin, dengan armada baru yang diluncurkan DLU ini, tentu semakin meningkatkan produktifitas. DLU juga terus melakukan perbaikan-perbaikan untuk kemajuan kedepan.
Sementara itu, Penasehat Utama PT Dharma Lautan Utama Bambang Haryo Soekartono mengatakan kapal yang baru di rilis perdana ini merupakan kapal pengganti dari kapal yang sebelumnya.
"Kebutulan ada beberapa rute perintis yang harus dibantu. Dengan kapal pengganti ini, masyarakat harus lebih puas dari sisi fasilitas dan kapasitas serta ada fasilitas-fasilitas baru yang menambah kenyamanan pelanggan"Kata pemilik sapaan akrab BHS.
Dari sisi kecepatan, ungkap BHS, kapal pengganti ini mestinya harus lebih baik. Kita siapkan untuk kapal yang ada di posisi sekitar antara 17-24 knot, dipergunakan cukup di posisi itu dan ini sudah yang tercepat di lintasan manapun.
"Kita harapkan masyarakat (penumpang-red) tidak menunggu terlalu lama, walaupun di kapal sudah ada fasilitas-fasilitas untuk menunjang kenyamanan selama pelayaran" Imbuh BHS.
Kampanye Keselamatan
Dalam peresmian kapal terbaru, Penasehat Utama PT DLU Bambang Haryo Soekartono sempat menyinggung adanya presepsi soal rendahnya keselamatan pelayaran di Indonesia yang disematkan oleh Internasional Maritim Organisation (IMO). Menurutnya, hal itu adalah informasi yang tidak benar.
Alumnus Teknik Perkapalan ITS Surabaya itu meminta IMO untuk turun dan meninjau langsung angkutan penyeberangan yang ada di Indonesia. Ia mengatakan, Pemerintah sudah sangat tau tentang keselamatan yang diangkut oleh angkutan penyeberangan,
"Tentu pemerintah harusnya sudah sangat tau, bahwa keselamatan yang di ado[ oleh angkutan penyeberangan atau ferry ini diatas konvensi solas"
Seperti misalnya, di eropa itu, kapal setingkat ini (KM Dharma Kartika II-red) dioperasikan oleh SDM terbatas hanya 10 orang. Tetapi di Indonesia wajib sekitar 30 orang, semuanya bersertifikat, yang mana sertifikatnya dikeluarkan oleh pemerintah, pendidikannya di didik oleh pemerintah dan itu standarisasi dari Pemerintah.
"Kita juga mengacu pada ISM Code (Internasional Safety Managemen Code) itu aturan keselamatan Internasional. banyak negara yang tidak mengacu pada itu, seperti misalnya jepang, kanada, thailand dan flipina menggunakan non konvensi. Sedangkan Indonesia mengadop itu konvensi Solas atau Safety Of Life At Sea"Kata BHS.
Jadi, kata BHS tidak ada kata-kata Pemerintah ragu, masyarakat publik dengan informasi yang tidak benar akhirnya ikut ragu.
Pelayaran yang ada di Indonesia, lanjut BHS, jalurnya calm water (air yang tenang). Tetapi, tetap mengacu pada pada SOLAS. Kalau di jepang tidak menggunakan life craft tidak menggunakan skoci, di Indonesia pakai skoci dan sebagainya"Imbuh BHS.
"Ini bukti ratifikasi daripada solas, bahwa keselamatan di Indonesia jauh lebih baik dibanding negara lain, pemerintah punya aturan dan berlipat-lipat ada klasifikasi, kesyahbandaran dan lainnya. Itu malah cenderung melebihi regulasi yang ada. Jadi ini tidak perlu dikhawatirkan lagi, Lebih baik kita kampanyekan keselamatan yang sudah di adop oleh Indonesia" Tutup BHS.