Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, saat ini tengah melakukan pengawasan secara intensif terhadap kerbau rawa yang ada di kabupaten tersebut.
Menurut Kepala Bidang Peternakan, Dinas Perikanan dan Peternakan setempat, Saidinoor di Kandangan, ibu kota Hulu Sungai Selatan (HSS), Rabu, pengawasan secara intensif dilakukan sehubungan dengan terjadinya kasus kematian ratusan kerbau rawa selama dua bulan terakhir ini.
"Sepanjang dua bulan terakhir ini cuaca sangat panas yang menyebabkan kawasan rawa di Nagara, Kecamatan Daha, mengalami kekeringan cukup parah," ujarnya.
Akibat kekeringan tersebut, tercatat sedikitnya 150 ekor kerbau rawa di Desa Bajayau, Kecamatan Daha Barat, mengalami kelumpuhan dan mati.
Keringnya lahan rawa itu ujarnya, menyebabkan berkurangnya debit air sebagai tempat habitat itu hidup yang mengakibatkan kulit kerbau-kerbau rawa itu menjadi kering.
Bukan hanya itu, kurangnya debit air juga menyebabkan kuku-kuku kerbau rawa di daerah itu pecah-pecah dan bahkan ada yang hancur.
Hal tersebut katanya, disebabkan hewan-hewan itu tidak tahan berjalan di kawasan rawa yang kering dan tanah yang keras.
"Dengan kondisi kuku yang pecah itu membuat kerbau rawa enggan untuk berjalan jauh mencari makan sehingga berpengaruh langsung terhadap asupan gizi mereka," katanya.
Kondisi tersebut membuat kerbau-kerbau rawa itu hanya memakan pakan yang ada di sekitar "kalang" atau kandang saja yang sebenarnya kurang layak untuk di konsumsi.
Rendahnya asupan gizi membuat kerbau-kerbau rawa tersebut kemudian banyak yang terserang penyakit seperti cacing hati untuk kemudian lumpuh dan mati.
Ia menambahkan, saat ini selain pengawasan juga telah dilakukan upaya pengobatan berupa pemberian suntikan untuk kerbau rawa yang masih hidup.
"Melalui upaya pengobatan tersebut kita berharap dapat menolong kerbau rawa yang masih dalam keadaan sakit dan menghindari terjadinya kematian lebih banyak lagi," tambahnya.
Habitat kerbau rawa memang tidak tahan hidup di daerah kering. Mereka dibudi dayakan dan digembalakan oleh para peternak di kawasan rawa yang memiliki ketersediaan air cukup.
Kekeringan yang melanda kawasan rawa di Nagara saat ini diakui terparah sepanjang 10 tahun terakhir meski baru berlangsung sekitar dua bulan ini.
Akibat kekeringan yang meyebabkan matinya ratusan kerbau rawa tersebut, kini banyak peternak yang terpaksa gulung tikar karena mengalami kerugian./adi*C