Banjarmasin (ANTARA) - Dosen Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Kalimantan Selatan (Kalsel) memperkuat pemahaman masyarakat terkait penanganan stunting melalui program dosen wajib mengabdi (PDWA) di Kelurahan Antasan Timur Kecil, Kota Banjarmasin, provinsi setempat.
“Kasus sunting di kelurahan ini tertinggi di tingkat kecamatan sehingga kita berupaya memperkuat pemahaman warga menangani stunting,” kata Tim Pelaksana PDWA ULM M Nur Iman Ridwan di Banjarmasin, Rabu.
Baca juga: Dosen ULM cetak komunitas "IRT" terampil pembuatan kain sasirangan
Iman menyebutkan pada pelaksanaan kegiatan tersebut, pihaknya menghadirkan pakar kesehatan dari akademisi dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) daerah setempat.
Dia menuturkan stunting menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan di dunia tempat tersebut dikarenakan temuan data kelurahan terdapat sebanyak 17 anak yang mengalami stunting atau dalam kondisi kronis akibat gizi buruk.
“Kita hadirkan pakar kesehatan untuk mengedukasi komunitas ibu-ibu kelurahan secara berkelanjutan,” ucapnya.
Iman yang juga berprofesi sebagai Dosen Administrasi Publik FISIP ULM tersebut mengatakan penanganan stunting tidak dapat dilakukan jangka pendek tetapi membutuhkan perjalanan panjang untuk mengedukasi masyarakat.
Baca juga: Tim pengabdian masyarakat ULM bimbing petani menanam organik
Ia mengungkapkan kegiatan pembinaan ditujukan kepada sekitar 20 lebih ibu rumah tangga, hal itu dianggap lebih efektif agar poin penting program dosen tersebut mudah sampai melalui tingkat keluarga.
Dia berharap para peserta pembinaan dapat mengedukasi keluarga untuk mengubah pola hidup menjadi sehat seperti perbaikan gizi makanan dan olahraga.
Iman memberikan cara sederhana untuk menambah pengetahuan ibu rumah tangga tentang penanganan stunting yakni aktif mengikuti akun sosial media tentang kesehatan melalui telepon pintar.
Baca juga: ULM tugaskan 273 mahasiswa KKN di 16 desa di Kotabaru
Ia mengatakan pula pada era teknologi canggih, kaum ibu sudah tidak asing lagi dengan telepon pintar untuk digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, pemateri pertama pembinaan stunting yakni Meitria Syahadatina Noor mengatakan permasalahan stunting harus melibatkan seluruh pihak.
“Menurunkan stunting tidak cukup hanya dari tenaga kesehatan, tetapi pola hidup masyarakat yang lebih menentukan,” katanya.
Baca juga: ASEAN perlu kerja sama atasi masalah kemiskinan negara anggota
Meitria yang juga seorang dokter sekaligus akademis di Fakultas Kedokteran ULM itu memaparkan beberapa langkah sederhana bagi masyarakat untuk mencegah stunting di antaranya konsumsi makanan tinggi protein hewani seperti ikan, sayur, buah, dan meminum air mineral delapan gelas sehari.
Dia menyebutkan cara tersebut dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga terhindar dari permasalahan kesehatan.
Pada kesempatan yang sama, pemateri kedua yakni Yulia yang berasal dari Puskesmas setempat menuturkan pihaknya terbantu mengedukasi kesehatan kepada masyarakat melalui program dosen mengabdi tersebut.
Yulia mengajak masyarakat kelurahan setempat agar selalu berkonsultasi ke Puskesmas terkait penanganan stunting guna menambah wawasan dan pengetahuan.
Baca juga: Saatnya ASEAN bangun sistem kesehatan global yang kuat