New York (ANTARA) - Dolar AS menguat pada akhir perdagangan, Rabu (Kamis pagi WIB), pulih dari posisi terendah dua bulan pada sesi sebelumnya, karena investor meringankan posisi jual mereka untuk membukukan keuntungan menjelang laporan penggajian non-pertanian atau non-farm payrolls AS yang sangat penting pada Jumat (7/4/2023).
Tren yang mendasari dolar tetap cenderung menurun dan angka pekerjaan sektor swasta AS pada Rabu (5/4/2023) menegaskan hal itu. Data pekerjaan mendukung pandangan bahwa Federal Reserve mungkin tidak perlu menaikkan suku bunga lebih jauh.
Investor sedang menunggu laporan penggajian non-pertanian pada Jumat (7/4/2023) untuk Maret, dengan para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pekerjaan baru sekitar 240.000.
Dalam perdagangan sore, indeks dolar naik 0,4 persen menjadi 101,87, dipimpin oleh kenaikan terhadap euro, yang turun 0,5 persen menjadi 1,0906 dolar.
Erik F. Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di London, mengatakan untuk saat ini, "batasan dolar untuk terus jatuh tinggi," mencatat bahwa greenback mengikuti imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang telah melihat pergerakan ekstrem dalam minggu terakhir.
Pada Maret, imbal hasil obligasi dua tahun AS, yang mencerminkan ekspektasi suku bunga, turun hampir 74 basis poin (bps), penurunan bulanan terburuk sejak Januari 2008, yang terjadi di tengah krisis keuangan global.
"Kita perlu melihat pelemahan lanjutan dalam data karena bagian dari pelemahan dolar yang kita lihat berasal dari penurunan suku bunga AS dan pemotongan yang diperkirakan dari Fed. Dan jika data AS tidak akan menegaskan hal itu, maka dolar bisa menjadi lebih tangguh dari yang diharapkan," kata Nelson.
Dia mengklarifikasi meskipun tetap dolar-bearish, tetapi mencatat bahwa pergerakan dalam mata uang akan lebih dari "bertahap lebih rendah," daripada tren turun terus yang mencerminkan penjualan terus-menerus selama berbulan-bulan.
Pada Rabu (5/4/2023), laporan ketenagakerjaan nasional ADP menunjukkan perusahaan swasta AS mempekerjakan lebih sedikit pekerja dari yang diperkirakan pada Maret, menunjukkan pasar tenaga kerja yang mendingin. Pekerjaan swasta meningkat 145.000 pekerjaan bulan lalu, sementara para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pekerjaan swasta meningkat 200.000.
Data muncul setelah laporan Selasa (4/4/2023) yang menunjukkan penurunan dalam lowongan pekerjaan untuk Februari dan setelah survei manufaktur AS yang lemah pada Senin (3/4/2023) dari Institute for Supply Management, yang juga menunjukkan komponen ketenagakerjaan yang lemah.
Laporan lain pada Rabu (5/4/2023) juga mengindikasikan berlanjutnya pelemahan ekonomi, kali ini di sektor jasa-jasa. Industri itu melambat lebih dari yang diharapkan pada Maret karena permintaan mendingin, sementara ukuran harga yang dibayarkan oleh bisnis jasa-jasa turun ke level terendah dalam hampir tiga tahun.
Indeks non-manufaktur ISM turun menjadi 51,2 bulan lalu dari 55,1 pada Februari, sementara komponen harga yang dibayar turun menjadi 59,5 dari 65,6 pada Februari, dengan indikator ketenagakerjaan sektor jasa-jasa juga turun menjadi 45,8 dari 47,6 pada Februari.
"Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa disinflasi adalah tren yang mendasari...dan bagian dari dasar mengapa Fed terdengar ambigu akhir-akhir ini," kata Thierry Wizman, ahli strategi valas dan suku bunga global di Macquarie di New York. .
Baca juga: Dolar jatuh karena data lesu
Baca juga: Dolar jatuh karena data ekonomi AS lemah
Pasar berjangka suku bunga AS sekarang memperkirakan peluang 55 persen Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan berikutnya, naik dari peluang 43 persen sehari sebelumnya. Pasar juga memperkirakan pemotongan sekitar 85 basis poin pada akhir tahun.
Dalam mata uang lainnya, dolar membukukan kerugian harian ketiganya terhadap yen, turun 0,4 persen menjadi 131,15. Terhadap franc Swiss, greenback sedikit berubah pada 0,9060 franc
Dolar Australia turun 0,5 persen menjadi 0,6720 dolar AS sehari setelah bank sentral mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 3,6 persen setelah 10 kali kenaikan berturut-turut, mengatakan perlu lebih banyak waktu untuk menilai dampak kenaikan di masa lalu.
Dolar Selandia Baru naik 0,1 persen menjadi 0,6316 dolar AS, reli 1,1 persen ke level tertinggi dua bulan di 0,6379 dolar AS setelah bank sentral secara tak terduga menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi lebih dari tertinggi 14 tahun sebesar 5,25 persen.
Baca juga: Rupiah Rabu pagi turun 36 poin
Baca juga: Rupiah Rabu pagi turun menjadi Rp15.214 per dolar AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Guido Merung