Rantau (ANTARA) - Banjir kiriman dari area tambang batu bara di wilayah Kecamatan Lokpaikat, Kecamatan Piani, berpotensi terulang, mengancam keselamatan warga pengguna jalan umum di Desa Bitahan Baru, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapin Raniansyah mengatakan, ruas jalan umum yang diapit bekas aktivitas pertambangan batu bara ini memiliki risiko kembali diterjang banjir, apabila tidak ditanggapi perusahaan.
"Kalau curah hujan dengan intensitas tinggi dan cukup lama, kemungkinan ruas jalan di Desa Bitahan Baru sepanjang kurang lebih 500 meter bisa kembali terendam banjir," ujarnya kepada ANTARA di Rantau, Selasa.
Terkait status siaga banjir, kata dia, sesuai keputusan Bupati Tapin berakhir 7 April 2023, begitupun dengan posko komando bencana banjir dan lainnya.
"Iya , daerah kita masih berstatus siaga banjir," ujarnya.
Baca juga: Banjir di area tambang batubara sempat tutup jalan provinsi di Tapin
Terkait ancaman hingga dampak, sebagai gambaran bisa tengok rekaman peristiwa banjir usai cuaca ekstrem pada Selasa, (28/2/2023).
Waktu itu, banjir menerjang jalan utama penghubung antardesa - antarkabupaten, sehingga nyaris menghentikan mobilitas barang dan orang.
Arus banjir menyeret ke arah dua buah tampungan larutan seluas 1,5 km persegi lebih, jarak dengan ruas jalan tidak sampai 150 meter.
Kondisi demikian, memaksa perlengkapan SAR BPBD turun untuk meminimalisasi risiko buruk. Saat itu, turun tangan anggota terlatih dari TNI-Polri hingga PMI gotong royong membantu warga menerobos banjir dengan selamat.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa banjir tersebut. Namun, banjir mengganggu warga dan merepotkan petugas.
Banjir di area tambang batubara di wilayah Bitahan Baru itu disebut sebagai kejadian yang terparah sejak jalan tersebut dipindahkan hampir satu dekade silam.
"Banjir kali ini yang paling parah," ujar Danramil Lokpaikat dan Piani Kapten Inf Waluyo, kepada ANTARA saat itu.
Baca juga: Cuaca ekstrem sebabkan banjir dan puting beliung di Tapin