Banjarmasin (ANTARA) - Harga sapi Bali di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, menjelang Idul Adha masih tinggi, sebagai dampak dari penyakit mulut dan kuku (PMK) di beberapa wilayah di Indonesia.
"Sapi korban seharga Rp18 juta - Rp22 juta," ujar Kepala Dinas Pertanian Tapin Wagimin, Sabtu, saat dikonfirmasi.
Sebelum merebaknya PMK, harga sapi Bali berkisar Rp14 juta-Rp16 juta.
Sebelumnya, dikatakan Wagimin, dengan adanya arahan pemerintah pusat terhadap pembatasan transaksi perdagangan sapi dari daerah produktif ternak, seperti Medan, Jawa Timur dan Jawa Tengah menjadi faktor utama naiknya harga sapi.
Keterbatasan tersebut tidak mempengaruhi kebutuhan hewan kurban di Tapin, kata dia, dari pendataan terbaru ketersediaan sapi ada 732 ekor, sedangkan kebutuhan 412 ekor.
"Harga tersebut berlaku di pasaran petani ternak lokal. Sapi dari luar daerah yang terindikasi PMK tidak bisa keluar daerah, sehingga ketersediaan ternak untuk kurban terbatas," ujarnya.
Sedangkan untuk kambing, kata dia, saat ini berada di kisaran harga Rp3,5 juta - Rp4,5 juta.
"Ketersediaan kambing 165 ekor, kebutuhan di daerah kita 68 ekor," ujar Wagimin.
Secara umum, kata dia, ketersediaan ternak milik petani masih bisa memenuhi kebutuhan hewan kurban di Tapin.
Ketua Kelompok Ternak Megawati di Tapin, Aiman Fadilah mengatakan harga yang didata Dinas Pertanian memang sesuai dengan keadaan sekarang.
"Kalau harga kemungkinan akan lambat turun. Daya beli masyarakat saat ini masih tinggi," ujarnya.
Sapi murah dengan harga di kisaran Rp15 juta-Rp16 juta, kata dia, bisa saja didapat, namun bobot dagingnya tidak mencapai 100 kg.
"Paling antara 60 kg-70 kg," ujarnya.
Baca juga: Harga sapi jelang Idhul Adha di Kalsel naik
Baca juga: Dinas Pertanian : Sapi di Tapin aman dari PMK