Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kalimantan Selatan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Munajah Ulya SH, MH berpendapat, neokolonialis-feminis "membajak" potensi mahasiswi.
Sementara peran negara lemah membangun sumber daya manusia (SDM), lanjut Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kalimantan Selatan (Kalsel) Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) itu di Banjarmasin, Senin.
Bukti pembajakan potensi mahasiswi dan lemahnya peran negara dalam membangun SDM, menurut dia, antara lain dalam kurikulum pendidikan di perguruan tinggi diarahkan kepada pemberdayaan ekonomi perempuan.
Kurikulum tersebut menjadikan para mahasiswi mencukupkan diri mereka kepada peran material yang bersifat material, sementara peran intelektual dan calon ibu terabaikan.
Padahal peran mahasiswi memiliki kedudukan kokoh di masyarakat, yaitu sebagai agen perubahan, serta calon ibu yang melahirkan dan mendidik generasi penerus di masa mendatang, lanjut akademisi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary.
"Karena itu, kami dari MHTI Kalsel menggelar kongres mahasiswi Islam di GOR Hasanuddin HM Banjarmasin, 24 Oktober lalu, dengan harapan, mahasiswa kembali menyadari potensi besarnya sebagai agen perubahan dan calon ibu pencetak generasi mendatang," ujarnya.
Selain itu, bersama berjuang untuk meninggalkan sistem kapitalis-feminis, dan menggantikannya dengan sistem Islam dalam naungan Khilafah yang memuliakan para perempuan, demikian Munajah.
Kongres Mahasiswi Islam untuk Peradaban (KMIP) tersebut menghadirkan dua pemateri masing-masing tokoh intelektual perempuan, Hj Nurunnisa SH MH (dosen Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin).
Selain itu, anggota DPD I MHTI Kalsel Hj dr Patmawati Nabila, dan di akhir acara para mahasiswi menandatangani kesepakatan intelektual muda.
Kesepakatan tersebut, tegakkan Khilafah, selamatakan intelektual muda dari cengkeraman neokolonialis-feminis.