Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) telah menyepakati 248 inisiatif optimalisasi biaya yang akan diterapkan pada tahun depan.
Langkah ini dalam rangka optimasi biaya untuk menjaga tingkat ekonomi dan meningkatkan nilai aset melalui upaya efisiensi dalam pengelolaan operasional hulu minyak dan gas bumi.
“Insentif dibutuhkan karena kondisi dan tren kegiatan hulu migas nasional saat ini. Mayoritas lapangan migas sudah mature, aging facilities, sehingga era easy oil and gas telah berlalu. Optimalisasi biaya dapat mempertahankan tingkat keekonomian dan meningkatkan nilai aset," kata Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Identifikasi inisiatif optimalisasi biaya tersebut didapatkan setelah SKK Migas dan KKKS melakukan pembahasan secara intensif di kegiatan focus group discussion pada 9-10 Desember 2021.
Baca juga: SKK Migas menyiapkan langkah antisipasi dampak La Nina
Benny mengatakan target 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari di tahun 2030 adalah masalah deliverability bukan availability. Sumber daya tersedia, namun untuk dapat memproduksikannya diperlukan tingkat keekonomian yang memadai.
Menurutnya, SKK Migas siap melakukan berbagai inisiatif yang agresif, tetapi membutuhkan dukungan dari berbagai pihak termasuk insentif.
"248 inisiatif optimalisasi biaya adalah upaya SKK Migas dan KKKS untuk menjaga tingkat daya saing dan keekonomian industri hulu migas," ujar Benny.
Lebih lanjut dia mengemukakan tantangan optimalisasi biaya berupa peningkatan persaingan investasi kapital dan peningkatan risiko financing.
Baca juga: SKK Migas-Mubadala Petroleum dukung UKM olah hasil laut
Tekanan untuk mengurangi emisi karbon, mengharuskan industri hulu migas harus melakukan adaptasi. Penerapan teknologi penangkapan dan penyerapan karbon menjadi keharusan yang berdampak pada peningkatan biaya.
“Terhadap potensi biaya yang akan meningkat sehubungan dengan adaptasi lingkungan industri hulu migas, maka optimalisasi biaya sudah merupakan keharusan, bukan lagi pilihan," jelas Benny.
Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Produksi Pertamina Hulu Energi (PHE) Taufik Aditiyawarman menyampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam penerapan efisiensi biaya melalui optimization upstream.
Pertamina Hulu Energi memiliki delapan pilar berupa inovasi dan standardisasi, optimalisasi operasional, sinergy and borderless operation, organisasi yang lincah dan cepat beradaptasi terhadap perubahan, optimalisasi rantai suplai, perubahan filosofi bekerja, dan akurasi anggaran.
“Kegiatan optimalisasi awalnya ditargetkan memberikan efisiensi anggaran biaya operasi 2021 sebesar 310 juta dolar AS. Hingga Oktober 2021 program optimization upstream telah membukukan efisiensi 532 juta dolar AS yang dihasilkan oleh semua unit bisnis yang berada di bawah naungan PHE," pungkas Taufik.