Paringin (ANTARA) - Olahan mandai atau cempedak dari seorang pria bernama Abdul Hadi atau yang lebih dikenal dengan Paman Gundul tetap eksis di tengah pandemi COVID-19.
"Sebenarnya usaha kami sanggup bertahan pada pandemi ini, yaitu tidak hanya olahan keripik mandai saja yang kami jual. Melainkan ada juga jaruk mandai atau kulit cempedak yang telah dibersihkan dari kulit luarnya lalu difermentasi," kata Paman Gundul kepada wartawan ANTARA di Paringin, Selasa.
Ia juga menyebutkan, bahwa olahan keripik mandai sendiri saat pandemi berlangsung memang mengalami penurunan penjualan, tetapi masih bisa bertahan dengan mengurangi produksinya.
Kemudian, setelah ia coba pasarkan secara online olahan jaruk mandai dalam bentuk kiloan dan dalam kemasan toples, ternyata penjualannya sangat laku.
Selain itu, ungkapnya, setelah diberlakukannya PPKM ini pelanggan di luar kota yang mau ke dalam kota berkurang.
Produk olahan mandainya sendiri sifatnya adalah sebagai souvenir atau buah tangan untuk tamu yang dari dalam maupun luar kota. "Dan beberapa tahun inikan pameran-pameran ditiadakan, serta perjalanan dinas oleh ASN juga berkurang.
Akan tetapi alhamdulillah CSR PT Adaro yang langsung membeli produk kami," tuturnya.
Kemudian, bebernya, setelah dibeli CSR PT Adaro langsung dipasarkan mereka lewat online.
Ia pun mengakui, sangat merasa terbantu terutama di tengah musim pandemi COVID-19 yang mana penjualan sangat sepi dari pembeli.
Sebagaimana diketahui, mandai merupakan makanan khas yang berasal dari fermentasi kulit cempedak.
Oleh warga setempat, kulit cempedak ini selain untuk lauk makanan, juga menghasilkan nilai ekonomi.
Bahkan, wilayah Kecamatan Batumandi terkenal sebagai kecamatan yang warganya banyak menjual kulit cempedak atau mandai tersebut.
Paman Gundul sendiri, sejak 2017 lalu berinovasi dengan mandai yang ia jual.
Terinspirasi dari warga lainnya, ia mulai mengembangkan mandai menjadi keripik mandai, sementara kulit cempedak ia olah menjadi olahan jaruk mandi.
Tentunya, dalam perjuangannya sebagai pedagang keripik mandai atau jenis cempedak lainnya yang sudah diolah, Paman Gundul juga tak lepas dari kritik dan saran pelanggan serta rekan kerjanya.
Belajar dari sana, Paman Gundul terus memperbaiki hasil olahannya hingga memiliki rasa yang khas.
Beberapa tahun berjalan dan dalam binaan Pemkab Balangan serta CSR PT Adaro Indonesia, usaha kripik mandai milik Gundul sudah merambat ke dunia international.
Bahkan ia juga pernah ikut dalam event di luar negeri dalam memasarkan produk tersebut. Belum lagi untuk wilayah Kalimantan dan sekitarnya, reseler Paman Gundul juga telah banyak, bahkan barang dagangannya diperjual belikan di bandara.
"Dalam pembuatan keripik cempedak ini, saya mendapatkan bahan baku dari para petani cempedak di sekitar desa.
Biasanya pada musim buah, saya sangat gampang untuk mendapatkan bahan baku. Saya bisa membeli buah atau kulit cempedak saja dari pedagang," jelasnya.
Namun saat tidak musim, ia bahkan mencari bahan baku hingga ke Kalimantan Barat, tentunya harga juga menjadi lebih tinggi dibandingkan saat musim buah campedak.
Paman Gundul juga selalu menyediakan bahan baku cadangan yang mampu bertahan selama satu tahun.
Ia juga memesan kepada pedagang cempedak dalam jumlah yang banyak sehingga mencukupi permintaan yang ia terima.
Sebagai informasi, Toko Gundul sendiri beralamatkan di Jalan A Yani Desa Riwa Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan.
Olahan "Mandai" Paman Gundul tetap eksis di tengah pandemi
Selasa, 28 September 2021 18:20 WIB