Rantau (ANTARA) - Puluhan hektare lahan pertanian di Desa Sawang, Kabupaten Tapin, rusak karena ada pergerakan tanah dan penyebabnya belum diketahui secara pasti.
Kepala Desa Sawang M Hairullah di Rantau, Minggu, mengatakan pihak perusahan mengaku siap bertanggung jawab atas kejadian di wilayah itu.
"Pihak perusahan meminta kita untuk melakukan pendataan lahan pertanian yang terdampak. Ada sawah, kolam ikan dan kebun karet," ujarnya.
Informasi dilapangan adanya pergerakan tanah tersebut terjadi mulai Kamis, (15/7). hingga Ahad (18/7) masih berlangsung.
Kepala Dinas Pertanian Tapin, Wagimin mengatakan akan mengevaluasi dampak dari pergerakan tanah itu untuk memastikan kerugian yang diderita masyarakat.
“Sawah terdampak rusak terangkat saat ini seluas 25 hektare, kolam ikan yang rusak seluas tujuh hektare. Saat ini masih terjadi pergerakan tanah maka masyarakat harus berhati hati saat bekerja,” jelasnya saat di lokasi kepada awak media ANTARAKALSEL.
Diungkapkan warga, titik awal pergerakan tanah itu berada di lokasi pertambangan. Kamis pukul 09.00 WITA sudah sampai ke area sawah dan berselang sembilan jam pergerakan tanah mencapai kolam ikan.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tapin Nordin saat dikonfirmasi mengaku baru mengatahui kejadian itu dan akan segera menindaklanjuti ke lokasi.
Lahan pertanian fungsional terancam rusak
Kepala Dinas Pertanian Tapin Wagiwin mengungkapkan lokasi terdampak pergerakan tanah itu merupakan salah satu lahan fungsional pertanian yang mampu panen dalam setahun dua sampai tiga kali.
“Fungsional itu sudah setiap tahun diusahan oleh petani karena di sini adalah wilayah irigasi, setahun minimal harus dua sampai tiga kali panen,” ujarnya.
Topologi tanah yang saat ini berubah drastis dijelaskannya lahan pertanian yang terdampak sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi karena sudah rusak total.
“Kalau ini sudah jelas tidak bisa, lahan pertanian sudah rusak total sehingga ini perlu penanganan yang cukup serius. Karena bentuk sawah sudah tidak seperti sawah lagi dan kolam tidak berbentuk kolam lagi, otomatis hal ini perlu diselesaikan dengan pihak ke tiga nantinya,” jelasnya.
Menakar kerugian, Rohmanto (60) yang sejak 20 Tahun lalu sudah bergantung hidup jadi petani ikan mengungkapkan dari dua hektar lebih luas kolam, ada yang terisi 50.000 ribu bibit ikan berumur 25 hari belum sempat dipanen. Atas peristiwa itu ikannya ada yang mati dan hilang.
Kerugian yang dideritanya tidak hanya bibit ikan, namun juga biaya pemeliharaan dan lahan. Sebelumnya, seminggu sekali pria tua itu panen bibit ikan yang sudah diselektif untuk dijual.
“Kalaunya satu minggu itu 10.000 kali 350 rupiah ada Rp 3,5 juta itu kalau panen saban minggu,” ujarnya pasrah.
Catatan Koramil 1010-03 / Tapin Selatan sementara total pemilik lahan yang terdampak atas nama ; Rohmanto, Misiran, Mulyadi, Karjo, Sarsikem, Usman, Sarno dan Wasno.