Rantau (ANTARA) - Viral di sosial media, lokasi peristiwa tanah bergerak yang hancurkan lahan pertanian di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan ramai dikunjungi warga.
Rasa penasaran adalah alasan utama yang mengundang kedatangan warga seputaran Tapin untuk melihat dampak tanah bergerak yang penyebabnya masih belum diketahui itu.
“Penasaran ingin lihat, awalnya tahu di instagram dan grup whatsapp,” ujar Ahmad senada dengan puluhan warga Tapin datang ke lokasi itu, Selasa.
Rohmanto (60) seorang petani yang terdampak dan bertempat tinggal dilokasi itu mengungkapkan, masyarakat banyak berdatangan sejak Senin, (19/7) lalu sampai saat ini.
“Iya ramai dikunjungi warga, tujuannya untuk melihat. Dari anak anak sampai orang dewasa,” ujarnya.
Di momen hari raya Idul Adha ini, lokasi di titik koordinat 155 derajat 10’ 06” BT, 3 derajat 0’ 22” LS itu bak tempat wisata, warga yang datang terlihat ramai berfoto mengabadikan dampak peristiwa itu.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tapin saat ini sedang menganalisa penyebab terjadinya pergerakan tanah yang hancurkan lahan pertanian di Desa Sawang, Kecamatan Tapin Selatan.
Kepala DLH Tapin Nordin di Rantau, Senin, mengatakan dari hasil pengamatan sementara dilokasi diduga penyebab kejadian berawal dari tekanan tanah akibat longsor.
"Analisa sementara belum tentu benar, karena ada tekanan dari tanah longsor di atasnya sehingga mendorong tanah yang di bawah sehingga terangkat ke atas. Seperti kita mendorong karpet jadi ada bagian yang terangkat," jelasnya usai dilokasi kejadian.
Terlihat dilokasi, wilayah pertanian warga hanya berjarak sepandangan mata dari wilayah aktivitas pertambangan batu bara milik salah satu perusahan yang ada di Tapin. Di dekat lahan pertanian itu terlihat tanggul tambang membentang panjang dan tinggi.
Longsor itu dikatakan Nurdin sampai saat ini belum tentu berasal dari tanggul tambang itu, pihaknya akan memastikan dengan memeriksa tanggul itu.
"Rencana hari Rabu ini kami ada kunjungan (ke lokasi) bersama SKPD terkait dan perusahaan," ujarnya.
Catatan ANTARAKALSEL, kejadian itu bermula sejak Kamis (15/7) dan bergerak perlahan melebar dan mengangkat permukaan tanah. Dikatakan warga titik awal diduga berasal dari wilayah pertambangan.
Catatan sementara Dinas Pertanian Tapin, dampak dari pergerakan tanah itu sekarang sudah merusak 18 hektar sawah, kolam mina padi 7 hektar, Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) 200 meter dan jalan usaha tani (JUT) 100 meter. Sedangkan yang terancam sawah seluas tujuh hektar dan kolam minta padi seluas delapan hektar.
Lahan itu merupakan salah satu lahan fungsional pertanian yang mampu panen dalam setahun dua sampai tiga kali.
Baca juga: Puluhan hektare lahan pertanian di Tapin rusak
Baca juga: DLH Tapin belum bisa pastikan penyebab tanah bergerak yang hancurkan lahan pertanian
Baca juga: Bangunan rumah retak diduga karena aktivitas peledakan tambang batu bara
Baca juga: Peringati hari lingkungan hidup 2021 Walhi sebut Kalsel dipusaran krisis ekologis
Baca juga: Hari Bumi 2021 aktivis lingkungan di Kalsel suarakan darurat ruang