Solo, (Antaranews Kalsel) - Museum Radya Pustaka Surakarta, Jawa Tengah, memindahkan dan menerjemahkan ribuan koleksi buku atau naskah kuno ke sistem digital untuk menyelamatkan dari kerusakan.
"Kami mempunyai ide untuk menyelamatkan naskah bersejarah koleksi museum itu, dengan sistem digitalisasi sehingga pengunjung tidak perlu membuka bukunya, tetapi cukup melalui media laptop saduran dari naskah aslinya," kata Ketua Komite Museum Radya Pustaka Surakarta Purnomo Subagyo di Solo, Jumat.
Ia menjelaskan dengan sistem digitalisasi, buku naskah bersejarah seperti Perjanjian Giyanti dengan Belanda bisa diselamatkan dari kerusakan.
Selama ini, untuk mengetahui isi naskah tersebut, pengunjung harus membuka-buka buku yang sudah dimakan usia itu, secara manual.
Purnomo mengatakan sekitar 377 naskah kuno Jawa dan buku berhuruf Jawa diterjemahkan menjadi bahasa Jawa dan Indonesia, sedangkan ribuan koleksi museum berupa buku yang langka dengan bahasa Belanda, Inggris, dan Prancis, diterjemahkan ke bahasa Indonesia.
"Naskah kuno itu setelah diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia, kemudian dimasukan ke sistem digitalisasi, sehingga pengnjung tidak perlu buka-buka buku aslinya, cukup memencet tombol laptop untuk mengetahui sejarah," katanya.
Dia menjelaskan ide penerapan sistem digital tersebut sudah dilakukan sejak 2014 hingga tahun ini, sedangkan realisasinya sudah sekitar 10 persen dari ribuan naskah kuno koleksi museum.
Program itu, katanya, akan terus dikerjakan secara bertahap hingga lima tahun ke depan.
Museum Radya Pustaka yang didirikan oleh KRA Sosrodiningrat IV (Patih Dalem Paku Buwono IX) pada masa lalu bernama Paheman Radya Pustaka yang artinya buku-buku negara.
"Museum ini didirikan dengan tujuan sebagai lembaga pengetahuan sastra dan budaya Jawa dan sekarang dijadikan museum yang melestarikan peninggalan sejarah budaya Jawa," katanya.
Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta terdiri atas tosan aji, yakni senjata tradisional dari Jawa, Bali, Madura, Sumatera. Jumlah koleksi 363 jenis, antara lain keris, tombak, pedang, dan rencong.
Koleksi lainnya keramik dan kristal, canthing rajamala atau hiasan pada ujung kapal milik Keraton Surakarta pada masa Paku Buwono IV yang digunakan berlayar dari Solo ke Gresik melalui Sungai Bengawan Solo.
Museum Radya Pustaka juga dihiasi koleksi arca batu dan perunggung yang jumlahnya 140 jenis dan berbagai wayang dengan jumlah 460 jenis.
Pengelola museum juga menggelar beberapa kegiatan, seperti "Jenang Suran" dan lokakarya, serta jamasan pusaka Radya Pustaka untuk daya tarik pengunjung.
Museum Radya Pustaka yang menjadi objek wisata edukasi, khususnya para pelajar dan masyarakat umum tersebut, menyedot sekitar 2.000 wisatawan per bulan.
Tarif wisatawan mancanegara untuk masuk museum Rp10 ribu per orang, wisatawan nusantara Rp5.000 per orang, sedangkan khusus pelajar Rp2.500 per siswa. Mereka dapat melihat ribuan koleksi bersejarah Indonesia yang disimpan di
museum itu./e