New York (ANTARA) - Wall Street berakhir lebih tinggi pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena kenaikan saham perusahaan teknologi dan internet besar serta kenaikan harga minyak melebihi kekhawatiran tentang ketegangan terbaru AS-China dan sentimen suram dari pertemuan tahunan Berkshire Hathaway, Warren Buffett.
Indeks-indeks saham utama AS dibuka lebih rendah tetapi bergerak lebih tinggi sepanjang sore untuk menghentikan penurunan beruntun dua hari.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 26,07 poin atau 0,11 persen, menjadi ditutup di 23.749,76 poin. Indeks S&P 500 bertambah 12,03 poin atau 0,42 persen, menjadi berakhir di 2.842,74 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup melonjak 105,77 poin atau 1,23 persen, menjadi 8.710,71 poin.
Saham telah rebound tajam sejak akhir Maret dari aksi jual virus corona, dibantu oleh stimulus moneter dan fiskal besar-besaran. Investor sekarang mengamati upaya sejumlah negara yang mencoba menghidupkan kembali ekonomi mereka dengan melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk memerangi wabah tersebut.
Pada Senin (4/5), Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan pembukaan kembali bisnis secara bertahap di negara bagian yang paling terpukul oleh pandemi COVID-19. Gubernur California Gavin Newsom mengatakan bahwa bisnis ritel di negara bagian tersebut dapat mulai dibuka kembali pada awal minggu ini.
“Bisakah Anda mencabut pembatasan dan mulai melakukan fase dalam kegiatan ekonomi namun tetap mempertahankan jumlah kasus? Itulah yang menjadi fokus pasar saat ini,” kata Quincy Krosby, kepala strategi pasar di Prudential Financial di Newark, New Jersey.
Saham raksasa teknologi AS, yang disebut kelompok FAANG dari Facebook, Apple, Amazon, Netflix, dan induk perusahaan Google, Alphabet, semuanya ditutup lebih tinggi.
Baca juga: Wall Street lebih rendah terseret saham penerbangan yang jatuh
Keuntungan di Microsoft, Apple dan Amazon adalah pengangkat terbesar untuk S&P 500, menyusul reaksi beragam minggu lalu terhadap laporan dari perusahaan teknologi besar ternama itu.
Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih tinggi, dengan sektor energi dan teknologi masing-masing naik 3,7 persen dan 1,4 persen, melampaui sektor lainnya. Energi adalah sektor S&P 500 berkinerja terbaik karena harga minyak melonjak.
Saham maskapai penerbangan tergelincir secara luas. Investor miliarder dan Ketua Berkshire Hathaway, Warren Buffett mengatakan pada Sabtu (2/5) bahwa konglomerat ini telah menjual semua saham maskapai penerbangannya, mengirimkan sinyal mengkhawatirkan kepada industri penerbangan AS yang hancur akibat wabah COVID-19.
Saham Delta Air Lines Inc, American Airlines Group Inc, Southwest Airlines Co dan United Airlines Holdings Inc, jatuh antara lima persen hingga delapan persen, di antara penurunan terbesar pada S&P 500.
Saham Berkshire sendiri turun 2,6% dan membebani S&P 500 setelah konglomerat itu membukukan rekor rugi bersih triwulanan hampir 50 miliar dolar AS.
Buffett, yang komentarnya diikuti oleh para investor, mengakui pada pertemuan tahunan Berkshire pada Sabtu bahwa pandemi tersebut dapat secara signifikan merusak ekonomi dan investasinya.
"Narasinya relatif lebih sederhana dibandingkan dengan posturnya selama bertahun-tahun," kata Emily Roland, kepala strategi investasi di John Hancock Investment Management.
Baca juga: Wall Street tumbang akibat ancaman tarif baru menambah ketidakpastian
Meluasnya ketegangan antara AS dan China juga menekan pasar. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada Minggu (3/5) ada "sejumlah besar bukti" bahwa virus corona baru muncul dari laboratorium China. Editorial di Global Times China mengatakan dia "menggertak".
Investor juga mencerna musim hasil perusahaan yang sulit. Dengan lebih dari setengah perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan kinerja keuangannya sejauh ini, laba kuartal pertama diperkirakan turun 12,5 persen, menurut data Refinitiv.
Data pada Senin (4/5) juga menunjukkan pesanan baru untuk barang-barang buatan AS mengalami rekor penurunan rekor pada Maret dan bisa tenggelam lebih lanjut karena gangguan dari rantai pasokan akibat virus corona menekan ekspor.