Amuntai, Kalsel, (Antaranews Kalsel) - Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan menyebar petugas untuk membantu peternak melakukan langkah-langkah antisipasi dan mengawasi penyebaran virus flu burung yang telah menyebabkan ribuan itik mati.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Putu Susila di Amuntai, Selasa mengatakan, pihaknya bergerak cepat melakukan upaya pencegahan terus meluasnya kematian ternak itik.
Para petugas, kata dia, memberikan obat disinvektan untuk disemprotkan ke kandang unggas dan obatan-obatan vitamin guna meningkatkan daya tahan itik agar terhindar dari perluasan serangan virus flu burung.
Menurut Putu, sejak Senin (10/3) seluruh petugas Diskannak HSU disebar ke titik-titik sentra lokasi peternakan itik yang dilaporkan mengalami kematian massal secara mendadak.
Menurut dia, kematian unggas itu hanya terjadi pada itik, tidak pada ayam, burung atau lainnya.
Putu memaparkan dari 44.870 ekor populasi itik yang ada di Kabupaten HSU sebanyak 3.042 ekor atau 6,8 persen dilaporkan mati secara beruntun pada pekan lalu. Jumlah ternak itik yang mati itu kemungkinan besar masih terus bertambah.
Berdasarkan pantauan di sejumlah ternak itik di Desa Sungai Malang dan Desa Mamar, kematian ternak itik masih saja terjadi setiap hari meski para peternak mengaku sudah menyemprot kandang ternak dengan cairan disenfektan.
H Sukran, peternak itik di Desa Sungai Malang mengaku setiap hari masih mendapati puluhan ternak itiknya mati. "Setiap hari itik saya yang mati tidak kurang dari 20 ekor," ucapnya.
"Kadang sudah kami semprot dan bersihkan dengan teratur, namun masih saja ada ternak itik yang mati," katanya.
Dari seribu ekor itik yang dibesarkan, satu persatu mati, dengan penyebab yang belum pasti. Sampel itik mati itu masih diteliti di laboratorium.
Gejala matinya, jelas Sukran, awalnya ternak itik terlihat lesu, lemah dan tidak banyak bergerak. Kemudian disusul kondisi badan itik bergetar dan kepalanya sering memutar-mutar ke belakang seperti kejang-kejang dalam posisi telentang.
"Biasanya matinya dalam posisi terlentang," katanya.
Desa Sungai Malang, tambah dia, menjadi sentra pembesaran ternak itik yang bibitnya dibeli dari sentra pembibitan di Desa Mamar Kecamatan Amuntai Selatan.
Di lokasi peternakan ini, tambah dia, anak itik yang hendak dijual hanya singgah sebentar, kemudian dibawa oleh pembeli.
Diskannak HSU, terang Putu tidak bisa melarang peternak yang ingin menjual ternaknya yang tersisa untuk menghindari kerugian yang lebih banyak. Apalagi di sentra pembesaran ternak itik di Desa Sungai Malang tersebut.
Sementara Kepala Diskannak HSU Suriani menegaskan salah satu fokus yang dilakukan Diskannak HSU bekerja sama dengan Dinas Peternakan Propinsi Kalsel adalah mengamankan sentra pembibitan Itik Alabio di Desa Mamar.
"Apalagi berdasarkan keputusan Menteri Pertanian Kabupaten HSU khususnya Desa Mamar sudah ditetapkan sebagai sumber pembibitan ternak itik alabio di Indonesia sehingga pengamanan sentra pembibitan dari serangan virus penyakit sangat diprioritaskan," katanya.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Sabrie Madani sebelumnya mengatakan, pihaknya telah menetapkan kebijakan siaga flu burung menyusul kematian ribuan itik pada empat kabupaten di wilayah setempat.
"Status Kalsel siaga flu burung dan kematian ribuan itik pada tiga dari empat kabupaten sudah dinyatakan positif terserang flu burung," ujarnya dalam jumpa pers di Kantor Dinas Peternakan di Banjarbaru, Minggu (/3).
Disebutkan, itik yang mati dan dinyatakan positif akibat terserang flu burung itu berada dalam satu lokasi peternakan di Desa Pulosari Kabupaten Tanah Laut berjumlah 1.498 ekor.
Kemudian di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) pada 20 Februari 2014 ditemukan 1.970 itik mati tersebar di empat kecamatan yakni Kandangan, Sungai Raya, Angkinang dan Kelumpang.
Satu kabupaten lagi adalah Hulu Sungai Tengah itik yang ditemukan mati pada 20 Februari 2014 mencapai 16.200 ekor tersebar di tiga kecamatan yakni Labuan Amas Selatan, Pandawan dan Haruyan.
"Kasus terakhir adalah kematian 1.290 ternak itik pada tiga kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara yakni Amuntai, Amuntai Tengah dan Babirik dan penyebabnya belum diketahui karena masih menunggu hasil uji lab," ucapnya.