Banjarbaru (ANTARA) - Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian memastikan ada 100 hektare lahan di Desa Puntik Dalam, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan yang bakal ditanami padi unggul.
"Desa Puntik Dalam terpilih dari sekian desa yang ada di Kalimantan Selatan sebagai lokasi kegiatan Demfarm tahun ini," terang Kepala Balittra Hendri Sosiawan, Jumat.
Demonstrasi usaha tani-nelayan berkelompok (Demfarm) merupakan demonstrasi yang dilakukan secara bekerja sama oleh petani-nelayan dalam suatu kelompok dengan areal untuk komoditti yang memerlukannya.
Tujuannya, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompk serta memberi contoh petani dan nelayan di sekitarnya menerapkan teknologi baru melalui kerja sama kelompok.
Hendri mengungkapkan, untuk 50 hektare dana dari Balittra dan 50 hektare sisanya bantuan dana dari Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSLDP) Bogor.
Untuk bantuan diberikan dalam bentuk bibit 35 Kg/ha, 50 Kg kapur, 100 Kg Ponska/ha, itik 1.000 ekor untuk 40 petani.
Sisanya seperti tambahan pupuk 100 Kg, obat-obatan serta pupuk 500 Kg, petani dapat membeli saat dibutuhkan dan bisa membayar ke Gapoktan setelah panen.
"Bantuan tambahan pupuk obat dan lain-lainnya ini akan dikelola Gapoktan agar modal bisa bertambah dan bisa maju untuk kesejahteraan anggota," jelas Hendri.
Diharapkan dengan sistem bantuan setengah tersebut, petani bisa lebih mandiri dan tidak menggantungkan bantuan pemerintah kedepannya.
Sementara Ir Koesrini selaku penanggung jawab kegiatan Demfarm menambahkan, dari luas 50 hektar, 3 hektare akan diperuntukkan sebagai perbenihan dengan menggunakan benih kelas BP/BD dan 47 hektar untuk ditanami benih konsumsi dengan menggunakan kelas benih BR.
Untuk varietas yang digunakan Inpara 2 dan Inpari 32 yang merupakan 4 varietas adaptif lahan rawa pasang surut.
Kegiatan di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) selain dilakukan Bimtek juga ada "Family Farming" dengan membuat Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dengan memanfaatkan pekarangan untuk ditanami sayur, buah baik di dalam polybag maupun dengan menggunakan hidroponik.
"Harapannya dalam 2-3 tahun kedepan petani-petani di sini sudah siap menuju pertanian unggul, maju, dan modern," tandas Koesrini.
Sebagai langkah awal, dilakukan kegiatan Participatory Rural Appraisal (PRA) atau penilaian pedesaan partisipatif oleh Balittra di Desa Puntik Dalam.
PRA adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata sebelum merencanakan kegiatan pada suatu wilayah pertanian.
Hal ini dilakukan dengan maksud memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata kedepannya.
Kegiatan supervisi dan pendampingan program utama Kementerian Pertanian tersebut perpanjangan dari kegiatan sebelumnya (Optimalisasi Lahan). Namun perbedaannya terletak pada pemusatan kegiatannya pada Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di tingkat kecamatan.
Optimalisasi kinerja BPP sendiri, menurut Hendri, bisa ditempuh dengan beberapa kegiatan salah satunya Bimbingan Teknis (Bimtek) serta pelatihan-pelatihan untuk membekali para Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian. Selain itu, terbentuknya petani milenial yang mandiri menjadi tujuan utama kegiatan itu.