Tanjung (ANTARA) - Satu demi satu tangannya yang mulai keriput menata lembaran kotak kardus bekas mie instan hingga menjadi tumpukan kecil.
Meski usianya memasuki 61 tahun Norfah terlihat lincah mengikat tumpukan kardus dengan tali plastik.
Disampingnya satu kantong plastik besar berisi botol sisa minuman siap dijual. Pemilik warung di permukiman RT 1 ini menjadi salah satu nasabah bank sampah Anggrek Desa Kuranji Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong.
Dibantu Asmadi sang suami, tiap dua minggu sekali Norfah menjual kardus bekas maupun botol plastik ke bank sampah yang ada di depan warungnya.
Di usianya yang senja ia dan suami hanya bisa menggantungkan hidup dari warung makan yang dikelolanya sejak 1980.
Warung kayu ukuran 4 × 7 meter sekaligus jadi tempat tinggalnya bersama suami.
Dua anaknya sudah berkeluarga dan tinggal terpisah.
Sejak menjadi nasabah bank sampah Norfah dan suaminya aktif mengumpulkan dan memilah sampah layak jual di sekitar permukiman Desa Kuranji.
Mulai dari kertas kardus, botol bekas, aneka plastik hingga seng tak terpakai dikumpulkannya sebelum dibawa ke penimbangan.
"Pokoknya sampah yang layak jual kami kumpulkan," tutur Norfah.
Kegiatan memilah sampah mulai dilakoni ibu dua anak ini sejak awal terbentuknya bank sampah tiga tahun silam.
Dia mengatakan uang yang dihasilkan dari menjual sampah plastik dan kertas kardus jadi tambahan penghasilannya.
Di bank sampah Anggrek satu kilo kertas kardus bekas dihargai Rp800 rupiah dan botol plastik Rp1.500 sampai Rp2.500 tergantung kondisinya.
"Lumayan dari sampah bisa jadi uang ," ungkap Norfah. Bagi Norfah harga jual barang bekas atau sampah memang murah namun sedikit demi sedikit uang yang terkumpul cukup untuk membeli kebutuhan hidup.
Selama menjadi nasabah bank sampah Norfah sudah tiga kali ia menerima uang hasil penjualan mulai dari Rp200 ribu hingga Rp700 ribu.
Selain Norfah ada ratusan nasabah di bank sampah Anggrek yang menjadi binaan PT Adaro Indonesia melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri.
Tuti Mardiani Direktur Bank Sampah Anggrek menyebutkan hingga kini ada 113 nasabah.
Sampah yang terkumpul ungkap Tuti disalurkan ke pihak pengumpul KBH Permata selaku bank sampah induk untuk dijual.
Tuti mengakui keberadaan bank sampah ini berdampak positif terhadap upaya pengurangan sampah plastik atau non organik di Desa Kuranji.
"Alhamdulillah Desa Kuranji lebih bersih dan bebas sampah plastik," ungkap Tuti yang meraih predikat Kader Desa Bersih 2017.
Dukungan Yayasan Adaro Bangun Negeri berupa pembinaan dan bantuan sarana jadikan lingkungan desa terlibat lebih bersih dan indah.
Alat timbang yang dimiliki bank sampah Anggrek ungkap Tuti salah satu bantuan peralatan dari Yayasan Adaro Bangun Negeri.
Di 'Bumi Saraba Kawa' ini tercatat 20 bank sampah yang masih aktif termasuk di Desa Kuranji. Rowi Rawatianic Kepala Dinas Lingkungan Hidup mengakui keberadaan Bank sampah Anggrek terbukti mampu mengurangi volume sampah di wilayah ini.
Bank sampah Anggrek pun menjadi salah satu titik penilaian Adipura karena cukup eksis mendukung lingkungan bersih.
Apalagi Desa Kuranji merupakan kawasan permukiman padat penduduk sehingga sampah jadi permasalahan serius.
Komitmen Pemkab Tabalong maupun masyarakat untuk mewujudkan lingkungan bersih dan sehat sudah mendapat dukungan PT Adaro Indonesia sejak lama.
Terbukti sejak 2013 program CSR bidang lingkungan hidup sudah dilaksanakan mulai bantuan program sekolah Adiwiyata, bank sampah hingga pembangunan laboratorium agen hayati di Kecamatan Tanta.
Kini pendampingan perubahan lingkungan terus dilakukan Yayasan Adaro Bangun Negeri dengan pembentukan kader desa sebagai penggerak.
Dengan harapan perubahan perilaku masyarakat untuk lebih peduli lingkungan dengan mengolah sampah secara bijaksana.
Habis sampah jadilah uang
Selasa, 26 November 2019 15:46 WIB