Banjarmasin (ANTARA) - Keberhasilan pertanian di Demfarm Serasi di Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, menjadi bukti lahan rawa bisa meningkatkan produktivitasnya.
"Potensi pertanian di Desa Jejangkit Muara ini sangat menjanjikan, sehingga dengan menggunakan alat mesin pertanian di lahan rawa kita bisa mengoptimalkan hasil panennya," terang Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Hendri Sosiawan, Rabu.
Jika pertanian konvensional hanya menghasilkan 1,5 sampai 3 ton perhektar GKP, maka di lahan percontohan Demfarm Serasi itu, pada panen perdana yang dihadiri Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry mewakili Menteri Pertanian H Syahrul Yasin Limpo dan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy serta Kepala Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian Dr Husnain,
hasilnya mencapai 6,4-7,9 ton perhektar GKP. Tentu sangat menjanjikan untuk peningkatan kesejahteraan petani, terdapat peningkatan pendapatan 2-3 kali lipat.
Demfarm Serasi merupakan pembuktian kepada masyarakat luas bahwa dengan mengelola lahan rawa yang baik dan benar bisa membudidayakan pertanian tanaman padi dan hortikultura terus juga peternakan dan budidaya ikan di satu lokasi pertanian.
"Semua potensi lokal yang ada bisa dimaksimalkan. Tentu harapannya kesejahteraan petani semakin meningkat seiring pendapatan yang tinggi dari semua usaha tani yang digarap hingga peternakan itik dan budidaya ikannya," jelas Hendri kepada Kantor Berita Antara.Hendri mengungkapkan, kuncinya adalah budidaya padi menggunakan Teknologi Panca Kelola Lahan Rawa yang dikemas dalam paket Teknologi Raisa (Rawa Intensif, Super, dan Aktual), meliputi teknologi pengelolaan air, penyiapan dan penataan lahan, ameliorasi dan pemupukan, varietas unggul, pengendalian organisme pengganggu tanaman terpadu, dan ditunjang penggunaan alat dan mesin pertanian.
"Sasaran utama pengembangan Demfarm Serasi adalah percepatan dan efektivitas adopsi teknologi oleh petani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan petani di lahan rawa," tandasnya.
Adapun aplikasi atau penerapan mekanisasi pertanian yang digunakan untuk menunjang kerja petani, di antaranya dari pengolahan tanah menggunakan traktor perahu yang selama ini juga merupakan prodak unggulan dari Balitbangtan.
Kemudian penggunaan drone tanam untuk menebar benih serta aplikasi pestisida dan juga pupuk, sehingga semua alat mesin pertanian di lahan rawa itu antara lain bisa mengurangi waktu mengolah tanah, waktu tanam, serta efisiensi tenaga kerja.
"Harapannya masyarakat bisa mencontoh teknologi yang sudah kita aplikasikan ini dan diterapkan di seluruh wilayah lahan rawa pasang surut di Kalimantan Selatan khususnya dan wilayah Indonesia pada umumnya. Rawa bisa!," pungkas Hendri.
Desa Jejangkit Muara merupakan tuan rumah peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun 2018 lalu. Di lokasi ini, Balitbangtan melalui para peneliti Balittra salah satunya Dr Wahida Annisa Yusuf, terus memberikan edukasi sekaligus contoh nyata kepada petani agar mampu optimalisasi lahan sehingga meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas hasil panennya.
Kemudian ada Dr Maijon, peneliti dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) yang memberikan pendampingan kepada petani untuk ternak itik mewujudkan pertanian terpadu pada Program Serasi.
Optimalisasi lahan rawa untuk berbagai usaha atau pendapatan petani menjadi bagian dari Program Serasi (Selamatkan rawa sejahterakan petani) yang digaungkan Kementerian Pertanian.
Dalam Program Serasi ada kegiatan Demfarm untuk ternak itik dan budidaya ikan sebagai model pengelolaan air di lahan pasang surut.