Jakarta (ANTARA) - Memiliki cita-cita merupakan banyak hal yang ditanamkan kepada anak-anak ketika masa bermainnya. Tidak jarang cita-cita tersebut dipengaruhi oleh orang terdekat di lingkungannya.
Beberapa cita-cita favorit anak-anak di antaranya rata-rata akan menjawab sebagai tentara, dokter, astronot bahkan pilot. Tidak terkecuali Arifin Tasrif kecil kala itu, ia memilih bermimpi menjadi pilot karena sering diajak naik pesawat oleh orang tuanya waktu kecil.
Sehingga terbesit di benaknya bahwa suatu saat ia ingin menerbangkan sendiri pesawatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, Arifin yang saat ini dipercaya oleh pemerintah menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) justru menyukai dunia pertanian, hingga ia akhirnya menjadi pekerja profesional di bidang tersebut.
Lahir pada 66 tahun silam, tepatnya 19 Juni 1953, Tasrif menyelesaikan pendidikan sarjananya di ITB (Institut Teknologi Bandung) jurusan Teknik Kimia pada tahun 1972.
Ia juga pernah menorehkan prestasi penghargaan internasional pada tahun 2011. Putra asli Minangkabau tersebut, meraih Honorary Fellowship Award dari AFEO (ASEAN Federation of Engineering Organization), atas kontribusinya dalam dunia keprofesian sebagai insinyur di Indonesia dan regional ASEAN.
Nama Arifin Tasrif semakin meroket ketika ia menjadi Direktur Utama di Pupuk Indonesia. Sebelum duduk di jabatan tersebut, ia lebih dulu menjabat sebagai Direktur Utama PT Pupuk Sriwijaya dan Dirut Petrokimia Gresik.
Oleh Kementerian BUMN, ia dipercayakan untuk mengkoordinasikan produksi dan distribusi lima perusahaan untuk menjadi holding company BUMN waktu itu, di mana tujuan akhirnya adalah menjadi holding BUMN Pupuk Indonesia.
Ia menjadi dirut pertama dari perusahaan holding pupuk BUMN setelah berhasil menyatukan lima perusahaan yang telah didorong pemerintah untuk disatukan.
Pada tahun 2012, ketahanan pangan Indonesia dianggap mengalami peningkatan drastis seiring dengan produktivitas lahan yang semakin luas dibandingkan negara Asia lainnya, padahal waktu itu subsidi pupuk Indonesia lebih kecil dibanding negara Asia lainnya.
Namun ketergantungan impor pangan justru menurun, oleh karena itu, dukungan keberhasilan produktivitas pertanian waktu itu disumbang besar juga dari pasokan dan kualitas pupuk yang tepat sasaran, Arifin dinilai dengan rapor baik atas capaiannya.
Tidak lama setelah itu, ia mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk menjadi Duta Besar Indonesia untuk Jepang sejak 2017. Kini pada tanggal 23 Oktober 2019, dengan memakai batik lengan panjang, ia duduk di tangga Istana Presiden, disebutkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam Kabinet Indonesia Maju.
Menggantikan Ignasius Jonan sebagai Menteri ESDM sebelumnya, Arifin Tasrif akan memiliki tugas utama yaitu fokus pada peningkatan migas, mineral dan minerba. Dalam waktu jangka pendek, lima tahun ke depan, ia diminta untuk melaksanakan visi dan misi Presiden serta Wakil Presiden.
Dengan pengalamannya menjadi Duta Besar Indonesia untuk Jepang, ia berpotensi untuk menjalin hubungan bilateral dengan Jepang dalam rangka investasi sektor migas. Selain itu, Jepang juga selama ini dikenal unggul dalam pengembangan sektor energi baru terbarukan serta kendaraan listrik, maka tidak menutup kemungkinan kerja sama kedua negara dalam sektor energi bisa dimaksimalkan.
Ia pernah mengatakan, bahwa Indonesia mengalami surplus sekitar 2 miliar dolar AS dalam perdagangan Indonesia-Jepang. Bagi Jepang, kondisi tersebut bukan merupakan masalah.
Dengan pengalamannya dalam memimpin korporasi BUMN serta petrokimia, maka ia juga akan memahami dalam mengembangkan industri petrokimia di Pertamina (Persero) sebagai pengembangan bisnis ke depannya.
Tantangan Migas
Dalam masa akhir jabatannya, Menteri ESDM sebelumnya, yaitu Ignasius Jonan sempat memberikan catatan dalam menjaga kompetitif industri migas. Setidaknya hal tersebut yang akan menjadi PR bagi Arifin ketika melihat gambaran peta industri migas. Menurut Jonan, guna menjaga tetap kompetitif, Ignasius Jonan memberikan catatan mengenai budaya kerja migas.
"Peluang dan tantangan bukan hanya regulasi, tetapi kultur atau kegiatan minyak dan gas bumi juga harus disesuaikan, yaitu mengikuti perkembangan yang terjadi," kata Jonan.
Selain adaptif terhadap perkembangan zaman, tambah Jonan, industri migas selayaknya mengutamakan efisiensi demi keberlangsungan bisnis. Pertimbangan ini diambil Jonan mengingat tingkat harga jual-beli migas yang begitu fluktuatif.
"Jadi yang harus kita pikirkan adalah bagaimana kita membuat produk yang memiliki competitive price. Industri migas haruslah efisien. Harga gas dan minyak dunia tidak bisa ditebak, tetapi kita harus memproduksi produk yang lebih bagus dengan competitive cost," tuturnya.
Sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional, industri migas diakui tengah menghadapi tantangan berat. Untuk itu, Mantan Menteri Perhubungan tersebut juga menekankan manajemen pengelolaan bisnis migas bisa mengimbangi kecepatan teknologi.
Jonan membandingkan sektor ini dengan sektor telekomunikasi yang bisa sangat efisien. Misalnya, perbedaan harga jual telepon genggam dalam 25 tahun lalu dengan saat ini. "Waktu itu harganya sekitar Rp20 juta sampai Rp25 juta. Sekarang ini hp Apple harganya Rp12 juta," terangnya.
Menurut Jonan, kemajuan dan efisiensi sektor telekomunikasi ini menjadi pemicu bagi tata kelola sektor migas agar tumbuh menjadi sektor yang efisien dan memiliki daya saing.
Sanggupkah Arifin Tasrif sebagai Menteri ESDM baru dalam kabinet Indonesia Maju membuat industri migas lebih kompetitif?
Arifin Tasrif, Menteri ESDM yang bercita-cita jadi pilot
Rabu, 23 Oktober 2019 9:56 WIB