Amuntai (ANTARA) - Sumber bahan baku air minum PDAM Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan kemungkinan tercemar logam berat besi (Fe) dan mangan (Mn).
Pasalnya, berdasar hasil kajian pusat penelitian lingkungan hidup Universitas Lambung Mangkurat (PPLH Unlam) di beberapa lokasi Sungai Tabalong ternyata terjadi pencemaran Fe dan Mn.
Kepala Laboratorium PDAM Amuntai Era Retnoningsih, Selasa juga tidak menampik jika air sungai Balangan yang selama ini menjadi sumber bahan baku air PDAM Amuntai kemungkinan terdapat kandungan Fe dan Mn.
Apalagi kondisi air sungai Tabalong tentu berimbas pada kondisi air sungai di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) yang dilintasnya.
"Persoalannya apakah kandungan logam berat dan mangan yang ada di sungai Balangan dan Tabalong melebihi ambang batas keamanan atau tidak," ujar Retnoningsih.
Retnoningsih mengatakan, wilayah Kabupaten Hulu Sungau Utara (HSU) merupakan titik pertemuan arus air sungai Tabalong dan sungai Balangan sebelum akhirnya menuju muara Sungai Barito.
Disamping Sungai Balangan yang dijadikan sumber bahan baku pengolahan PDAM di Kota Amuntai, Sungai Tabalong juga digunakan oleh Instalasi pengolahan air minum (IKK) di Kecamatan Amuntai Utara.
Retroningsih mengatakan, baik Kabupaten Tabalong maupun Kabupaten Balangan dikenal sebaga kawasan ndustri dan pertambangan. Bahkan limbah bekas pertambangan batubara di Balangan beberapa tahun lalu pernah meluber ke aliran Sungai Balangan.
Namun dijelaskan, jika laboratorium milik PDAM memiliki parameter untuk bisa mengukur dan menentukan apakah kondisi air sungai yang menjadi sumber bahan baku PDAm masih layak diolah atau tidak menjadi air minum.
Retnoningsih menerangkan, PDAM akan mengolah atau memproses air sungai untuk memurnikannya dari zat organik, termasuk logam berat dan mangan sehingga memenuhi standar kesehatan sesuai Permenkes agar bisa disalurkan kepada pelanggan PDAM.
Pada saat musim kemarau panjang seperti saat ini, diakuinya jika beban kerja pengolahan air minum jadi meningkat,
"Kalau masalah kekeruhan tidak jadi masalah, tapi jumlah bakteriologi air sungai meningkat perlu dosis lebih untuk desinfektan," terangnya.
Namun, katanya, biaya untuk koagulan cenderung menurun, sehingga biaya produksi cukup stabil.
Dikatakan, berkaca dari hasil penelitian di Sungai Tabalong, ia meminta masyarakat khususnya yang bermukim disepanjang tepian sungai untuk berhati-hati menggunakan air sungai.untuk keperluan sehari-hari seperti membersihkan peralatan makan, gosok gigi dan lainnya.
Penelitian LH Unlam di Tabalong tersebut juga menyebutkan, pencemaran banyak ditemukan dilokasi tangkapan air dimana limbah rumah tangga turut menjadi sumber pencemaran di samping limbah usaha pertanian, perternakan dan perikanan.