Banjarmasin (ANTARA) - Pelaksanaan Pemilu 2019 telah banyak memakan korban. Tak hanya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan anggota Polri yang tewas, namun juga para calon anggota legislatif (caleg) yang jadi korban gagal menduduki kursi Dewan.
"Saya melihat partai telah gagal dalam pembinaan caleg. Banyak yang instan berkompetisi di saat mau pemilu saja," kata pengamat politik DR H Fauzan Ramon SH MH, Rabu (24/4).
Pria yang sudah kenyang pengalaman bergabung ke partai politik inipun melihat, sebagian para caleg gagal tersebut hanya mengandalkan keberanian dan kekuatan finansial tanpa didukung visi misi yang jelas sebagai wakil rakyat di legislatif.
"Jika pun misalnya ada yang beruntung terpilih, ada wakil rakyat yang tidak tahu harus berbuat apa untuk konstituen dan hanya duduk manis menikmati jabatan sebagai anggota Dewan yang terhormat," papar Fauzan.
Pria yang juga dikenal sebagai praktisi hukum dan pengacara kondang ini menekankan, harus ada strategi dalam jalan menuju seorang caleg yang bertarung di pemilu.
Setidaknya, kata Fauzan, perlu persiapan matang minimal tiga tahun untuk bersosialisasi ke masyarakat, apakah melewati kegiatan di partai atau kegiatan pribadi maupun organisasi.
"Buktinya sekarang karena tidak matangnya mental dan sebagainya, banyak yang gagal dalam pemilu, caleg jadi stress dan tidak bisa menerima kenyataan.
Mudah-mudahan di Kalsel saya berharap tidak ada seperti itu," tandasnya.
Secara pribadi Fauzan juga tidak setuju pemilu serentak yang menggabungkan Pilpres dan Pileg hingga jadi petaka demokrasi dengan banyaknya memakan korban jiwa.
"Kedepan harus ada revisi, Pilpres dan Pileg harus dipisah jika tidak ingin terulang tragedi serupa," pungkasnya.