New York (ANTARA) - Harga minyak dunia bervariasi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena berlanjutnya tanda-tanda pembatasan produksi minyak mentah menopang pasar, sementara kenaikan dibatasi oleh berita bahwa Libya telah membuka kembali ladang minyak terbesarnya.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 0,03 dolar AS menjadi menetap pada 56,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan globalminyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik 0,19 dolar AS menjadi ditutup pada 65,86 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga energi mendapat dukungan dari sinyal bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak utama lainnya memenuhi pembatasan produksi yang dijanjikan, yang mengindikasikan pengetatan pasokan global.
Desember lalu, OPEC dan produsen minyak utama lainnya, termasuk Rusia, berjanji untuk memotong produksi sebesar 1,2 juta barel per hari untuk menopang harga, efektif mulai Januari tahun ini.
Namun harga juga tertekan karena laporan berita mengatakan bahwa Libya telah membuka kembali ladang minyak Sharara, yang terbesar di negara itu.
National Oil Corporation (NOC) milik negara Libya pada Senin (5/3) mengumumkan pencabutan keadaan force majeure di ladang minyak Sharara dan mengkonfirmasi melanjutkan produksi di lapangan tersebut, yang memiliki kemampuan memproduksi lebih dari 300.000 barel minyak mentah setiap hari.
Pada bulan Desember 2018, NOC menyatakan force majeure di ladang minyak Sharara, setelah penutupan paksa ladang oleh kelompok bersenjata.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 0,03 dolar AS menjadi menetap pada 56,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan globalminyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik 0,19 dolar AS menjadi ditutup pada 65,86 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga energi mendapat dukungan dari sinyal bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak utama lainnya memenuhi pembatasan produksi yang dijanjikan, yang mengindikasikan pengetatan pasokan global.
Desember lalu, OPEC dan produsen minyak utama lainnya, termasuk Rusia, berjanji untuk memotong produksi sebesar 1,2 juta barel per hari untuk menopang harga, efektif mulai Januari tahun ini.
Namun harga juga tertekan karena laporan berita mengatakan bahwa Libya telah membuka kembali ladang minyak Sharara, yang terbesar di negara itu.
National Oil Corporation (NOC) milik negara Libya pada Senin (5/3) mengumumkan pencabutan keadaan force majeure di ladang minyak Sharara dan mengkonfirmasi melanjutkan produksi di lapangan tersebut, yang memiliki kemampuan memproduksi lebih dari 300.000 barel minyak mentah setiap hari.
Pada bulan Desember 2018, NOC menyatakan force majeure di ladang minyak Sharara, setelah penutupan paksa ladang oleh kelompok bersenjata.
Editor: Faisal Yunianto