Jakarta (AntaraNews Kalsel) - Indonesia dikunjungi 15,81 juta wisatawan mancanegara (wisman) selama 2018 atau naik sekitar 12,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis jumlah kunjungan wisman ke Indonesia selama 2018 mencapai 15,81 juta atau mengalami kenaikan 12,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 berjumlah 14,04 juta kunjungan.
"Selama Desember 2018 total wisman yang berkunjung ke Tanah Air sebanyak 1,41 juta orang atau naik 22,5 persen dibanding Desember 2017 sebanyak 1,15 juta," katanya.
Sementara itu menurut kebangsaan, kunjungan wisman ke Indonesia selama 2018 terbanyak dari Malaysia mencapai 2,50 juta (15,83 persen) dari total kunjungan sehingga berada di urutan teratas menggeser posisi wisman dari Tiongkok sebanyak 2,14 juta (13,52 persen).
Tercatat lima negara penyumbang wisman terbanyak ke Indonesia pada 2018 adalah Malaysia sebanyak 2,50 juta kunjungan (15,83 persen), Tiongkok 2,14 juta (13,52 persen), Singapura 1,77 juta (11,19 persen), Timor Leste 1,76 juta (11,15 persen), dan Australia 1,30 juta (8,23 persen) wisatawan.
Sementara itu kunjungan wisman 2018 berdasarkan wilayah pasar, wisman dari ASEAN memiliki persentase kenaikan paling tinggi sebesar 20,60 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kunjungan wisman dari wilayah ASEAN pada 2018 sebanyak 5,45 juta atau tumbuh 20,60 persen dibandingkan 2017 sebanyak 4,52 juta, sedangkan wilayah Asia selain ASEAN sebanyak 5,84 juta atau tumbuh 14,11 persen dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 5,12 juta.
Sedangkan kunjungan wisman dari wilayah Timur Tengah sebanyak 226,9 ribu atau minus 6,13 persen dibanding tahun lalu sebanyak 284,4 ribu wisman.
Sementara dari wilayah Eropa sebanyak 2,008 juta atau tumbuh 1,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1,97 juta kunjungan. Untuk wilayah Amerika tercatat sebanyak 567,7 ribu atau tumbuh 5,71 persen dari tahun lalu sebanyak 537 ribu kunjungan.
Kunjungan wisman dari wilayah Oseania (Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Oseania lainnya) mencapai 1,57 juta atau tumbuh 4,43 persen dibandingkan tahun lalu sebanyak 1,50 juta.
Untuk wilayah Oseania, wisman Australia memberikan kontribusi terbesar sebanyak 1,3 juta atau tumbuh 3,52 persen dibandingkan tahun 2017 sebanyak 1,25 juta kunjungan. Sementara itu kunjungan wisman dari wilayah Afrika ke Indonesia pada 2018 tercatat sebanyak 88,6 ribu atau minus 2,82 persen dibandingkan tahun lalu sebanyak 91,2 ribu kunjungan.
Jumlah wisman yang berkunjung tersebut tidak mencapai dari target yang ditetapkan 17 juta sepanjang 2018.
Namun dari sisi pendapatan devisa, kontribusi sektor pariwisata selama 2018 diproyeksi menunjukkan kenaikan yang signifikan.
Sederetan bencana yang melanda menjadi faktor utama yang menyebabkan target terkoreksi mengingat bencana yang melanda terjadi di destinasi-destinasi favorit wisman.
Erupsi Gunung Agung, gempa Lombok, tsunami Palu, hingga tsunami Selat Sunda pada akhir tutup tahun mendorong terjadinya penurunan perjalanan wisman.
Jurus Pamungkas
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, upaya meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia tahun ini yang ditarget 20 juta orang dilakukan dengan menerapkan strategi super "extra ordinary" sebagai jurus pamungkas.
Jurus pamungkas tersebut mencakup tiga program yaitu Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost Terminal.
“Border tourism harus kita seriusi karena merupakan cara efektif untuk mendatangkan wisman dari negara-negara tetangga,” kata Arief Yahya.
Ia menjelaskan hal itu akan efektif pertama karena wisman dari negara tetangga memiliki faktor kedekatan (proximity) secara geografis sehingga wisman lebih mudah, cepat, dan murah menjangkau destinasi di Indonesia.
Kedua, mereka juga memiliki kedekatan kultural/emosional dengan masyarakat di Tanah Air sehingga lebih mudah didatangkan.
Ketiga, potensi pasar border tourism masih sangat besar, baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Papua Nugini, maupun Timor Leste.
Selain itu menerapkan program tourism hub menjadi strategi layaknya menjaring di kolam tetangga yang sudah banyak ikannya. Maksudnya, wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura dan Kuala Lumpur ditarik untuk melanjutkan berlibur ke Indonesia.
Menurut Arief Yahya, harus diakui bahwa salah satu persoalan pelik pariwisata Indonesia adalah minimnya fasilitas penerbangan langsung dari originasi.
Ia menambahkan, penerbangan langsung misalnya dari originasi China mencapai 50 persen, artinya 50 persen sisanya masih transit dari Singapura, Kuala Lumpur, atau Hong Kong. Sementara negara tetangga seperti Thailand atau Malaysia fasiltas penerbangan langsung-nya sudah mencapai 80 persen.
"Mendatangkan 'direct flight' dari originasi bukanlah hal gampang. Saya minta 'direct flight' dari India ke Bali tiga tahun nggak dikasih. Akan jauh lebih mudah jika kita menjaring di hub-hub regional yang sudah banyak wisatawannya,” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya mengestimasikan jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura (selain orang Indonesia) selama 12 bulan terakhir hampir mencapai 12 juta pax (rinciannya meliputi 32 persen dari ASEAN minus Indonesia; 22npersen dari China-Hong Kong; 17 persen dari Asia-Pasifik; 14 persen dari Asia Tengah, MEA, Afrika; dan sisanya dari Eropa dan Australia). Sementara wisman ke Indonesia yang transit di bandara Singapura jumlahnya tidak sampai 700 ribu.
Artinya peluang untuk menggaet wisman yang jumlahnya sekitar 11 juta lebih itu masih terbuka luas.
Sementara itu dalam program low cost carrier terminal (LCCT) juga diharapkan akan mendatangkan dampak positif.
Menurut rencana Terminal 1 Bandara Soekarno Hatta akan dikembangkan menjadi full LCCT penerbangan domestik dan Terminal 2 full LCCT untuk penerbangan domestik dan internasional. Di sisi lain Bandara Banyuwangi juga dikembangkan menjadi LCCT setelah melalui berbagai proses pembenahan.
"LCC adalah senjata ampuh untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisman, dimana maskapai berbiaya rendah ini menyumbang kontribusi peningkatan kunjungan wisman sebanyak 20 persen. LCC merupakan salah satu penentu utama keberhasilan target kunjungan 20 juta wisman pada tahun 2019,” kata Arief Yahya.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis jumlah kunjungan wisman ke Indonesia selama 2018 mencapai 15,81 juta atau mengalami kenaikan 12,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 berjumlah 14,04 juta kunjungan.
"Selama Desember 2018 total wisman yang berkunjung ke Tanah Air sebanyak 1,41 juta orang atau naik 22,5 persen dibanding Desember 2017 sebanyak 1,15 juta," katanya.
Sementara itu menurut kebangsaan, kunjungan wisman ke Indonesia selama 2018 terbanyak dari Malaysia mencapai 2,50 juta (15,83 persen) dari total kunjungan sehingga berada di urutan teratas menggeser posisi wisman dari Tiongkok sebanyak 2,14 juta (13,52 persen).
Tercatat lima negara penyumbang wisman terbanyak ke Indonesia pada 2018 adalah Malaysia sebanyak 2,50 juta kunjungan (15,83 persen), Tiongkok 2,14 juta (13,52 persen), Singapura 1,77 juta (11,19 persen), Timor Leste 1,76 juta (11,15 persen), dan Australia 1,30 juta (8,23 persen) wisatawan.
Sementara itu kunjungan wisman 2018 berdasarkan wilayah pasar, wisman dari ASEAN memiliki persentase kenaikan paling tinggi sebesar 20,60 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kunjungan wisman dari wilayah ASEAN pada 2018 sebanyak 5,45 juta atau tumbuh 20,60 persen dibandingkan 2017 sebanyak 4,52 juta, sedangkan wilayah Asia selain ASEAN sebanyak 5,84 juta atau tumbuh 14,11 persen dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 5,12 juta.
Sedangkan kunjungan wisman dari wilayah Timur Tengah sebanyak 226,9 ribu atau minus 6,13 persen dibanding tahun lalu sebanyak 284,4 ribu wisman.
Sementara dari wilayah Eropa sebanyak 2,008 juta atau tumbuh 1,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1,97 juta kunjungan. Untuk wilayah Amerika tercatat sebanyak 567,7 ribu atau tumbuh 5,71 persen dari tahun lalu sebanyak 537 ribu kunjungan.
Kunjungan wisman dari wilayah Oseania (Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Oseania lainnya) mencapai 1,57 juta atau tumbuh 4,43 persen dibandingkan tahun lalu sebanyak 1,50 juta.
Untuk wilayah Oseania, wisman Australia memberikan kontribusi terbesar sebanyak 1,3 juta atau tumbuh 3,52 persen dibandingkan tahun 2017 sebanyak 1,25 juta kunjungan. Sementara itu kunjungan wisman dari wilayah Afrika ke Indonesia pada 2018 tercatat sebanyak 88,6 ribu atau minus 2,82 persen dibandingkan tahun lalu sebanyak 91,2 ribu kunjungan.
Jumlah wisman yang berkunjung tersebut tidak mencapai dari target yang ditetapkan 17 juta sepanjang 2018.
Namun dari sisi pendapatan devisa, kontribusi sektor pariwisata selama 2018 diproyeksi menunjukkan kenaikan yang signifikan.
Sederetan bencana yang melanda menjadi faktor utama yang menyebabkan target terkoreksi mengingat bencana yang melanda terjadi di destinasi-destinasi favorit wisman.
Erupsi Gunung Agung, gempa Lombok, tsunami Palu, hingga tsunami Selat Sunda pada akhir tutup tahun mendorong terjadinya penurunan perjalanan wisman.
Jurus Pamungkas
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, upaya meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia tahun ini yang ditarget 20 juta orang dilakukan dengan menerapkan strategi super "extra ordinary" sebagai jurus pamungkas.
Jurus pamungkas tersebut mencakup tiga program yaitu Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost Terminal.
“Border tourism harus kita seriusi karena merupakan cara efektif untuk mendatangkan wisman dari negara-negara tetangga,” kata Arief Yahya.
Ia menjelaskan hal itu akan efektif pertama karena wisman dari negara tetangga memiliki faktor kedekatan (proximity) secara geografis sehingga wisman lebih mudah, cepat, dan murah menjangkau destinasi di Indonesia.
Kedua, mereka juga memiliki kedekatan kultural/emosional dengan masyarakat di Tanah Air sehingga lebih mudah didatangkan.
Ketiga, potensi pasar border tourism masih sangat besar, baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Papua Nugini, maupun Timor Leste.
Selain itu menerapkan program tourism hub menjadi strategi layaknya menjaring di kolam tetangga yang sudah banyak ikannya. Maksudnya, wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura dan Kuala Lumpur ditarik untuk melanjutkan berlibur ke Indonesia.
Menurut Arief Yahya, harus diakui bahwa salah satu persoalan pelik pariwisata Indonesia adalah minimnya fasilitas penerbangan langsung dari originasi.
Ia menambahkan, penerbangan langsung misalnya dari originasi China mencapai 50 persen, artinya 50 persen sisanya masih transit dari Singapura, Kuala Lumpur, atau Hong Kong. Sementara negara tetangga seperti Thailand atau Malaysia fasiltas penerbangan langsung-nya sudah mencapai 80 persen.
"Mendatangkan 'direct flight' dari originasi bukanlah hal gampang. Saya minta 'direct flight' dari India ke Bali tiga tahun nggak dikasih. Akan jauh lebih mudah jika kita menjaring di hub-hub regional yang sudah banyak wisatawannya,” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya mengestimasikan jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura (selain orang Indonesia) selama 12 bulan terakhir hampir mencapai 12 juta pax (rinciannya meliputi 32 persen dari ASEAN minus Indonesia; 22npersen dari China-Hong Kong; 17 persen dari Asia-Pasifik; 14 persen dari Asia Tengah, MEA, Afrika; dan sisanya dari Eropa dan Australia). Sementara wisman ke Indonesia yang transit di bandara Singapura jumlahnya tidak sampai 700 ribu.
Artinya peluang untuk menggaet wisman yang jumlahnya sekitar 11 juta lebih itu masih terbuka luas.
Sementara itu dalam program low cost carrier terminal (LCCT) juga diharapkan akan mendatangkan dampak positif.
Menurut rencana Terminal 1 Bandara Soekarno Hatta akan dikembangkan menjadi full LCCT penerbangan domestik dan Terminal 2 full LCCT untuk penerbangan domestik dan internasional. Di sisi lain Bandara Banyuwangi juga dikembangkan menjadi LCCT setelah melalui berbagai proses pembenahan.
"LCC adalah senjata ampuh untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisman, dimana maskapai berbiaya rendah ini menyumbang kontribusi peningkatan kunjungan wisman sebanyak 20 persen. LCC merupakan salah satu penentu utama keberhasilan target kunjungan 20 juta wisman pada tahun 2019,” kata Arief Yahya.
Editor: Kunto Wibisono