"Kalau tidak berkunjung ke Kota Martapura, rasanya kurang sempurna dalam kunjungan ke Banjarmasin," kata Ketua Komisi I bidang hukum dan pemerintahan DPRD Kalsel H Achmad Bisung kepada tamunya Komisi I DPRD Sumatera Selatan (Sumsel).
"Kota intan," Martapura Ibukota Kabupaten Banjar, Proivinsi Kalimantan Selatan salah satu kota tujuan wisata di provinsi ini lantaran selain terdapatnya pendulangan intan tradisional, juga memiliki sebuah lokasi sentra penjualan batu permata terbesar di indonesia.
Lokasi pasar yang disebut sentra penjualan batu permata tersebut yaitu pertokoan Cahaya Bumi Selamat Martapura (CBSM) yang terdapat ratusan kios khusus menjual batu permata, sekaligus diramaikan ratusan lagi pedagang kali lima juga menjual batu permata tersebut.
"Komisi I DPRD Kalsel walau tidak membidangi industri dan perdagangan, serta kepariwisataan, tetapi juga ikut mempromosikan wisata permata Martapura, yang berada sekitar 40 kilometer utara Banjarmasin," kata Achmad Bisung.
Makanya kalau kalau tidak sampai ke Martapura, namanya bukan ke tanah Banjar (sebutan umum daerah Kalsel sejak tempo dulu)," tambah anggota Komisi I DPRD Kalsel tersebut.
Ketua Komisi I DPRD Kalsel itu mengatakan, di Martapura terdapat beragam jenis permata dari batu-batuan hasil pendulangan masyarakat setempat.
Permata itu dari harga termurah atau Rp5.000 per biji sampai termahal mencapai jutaan rupiah seperti intan berlian. Bahkan untuk intan berlian per biji ada yang mencapai ratusan juta rupiah, ujar politisi senior Partai Demokrat tersebut.
"Bapak dan ibu bisa memilih permata jenis apa saja, sesuai harga sebagai oleh-oleh buat istri atau keluarga," lanjut mantan Wakil Ketua Komisi III bidang pembangunan dan infrastruktur DPRD Kalsel yang juga membidangi pertambangan dan energi itu.
"Jadi mumpung ke Kalsel, sempatkan mampirke Martapura yang juga mendapat julukan sebagai Serambi Mekkah Kalsel," katanya berpromosi.
Bupati Banjar, Ir Gusti Khairul Saleh dalam beberapa kesempatan selalu menyatakan, pusat pertokoan CBSM merupakan kebanggaan kabupatennya dan kebanggaan Provinsi Kalsel.
"Bahkan boleh jadi CBSM menjadi kebanggaan Indonesia, karena lokasi itu sudah begitu dikenal diluar negeri,khususnya kalangan pedagang batu permata khususnya, permata intan, masalahnya intan Martapura memiliki kualitas sangat tinggi dan banyak dicari penggemar batu mulia tersebut," katanya.
Pemerintahnya menjadinya CBSM sebagai objek wisata andalan, yang selalu dipromosikan melalui berbagai famplet dan brosur baik yang disebarkan Pemkab Banjar, maupun Pemprov Kalsel.
Melihat ke khasan objek wisata itu, maka sudah dipastikan baik pejabat negara, maupun pejabat pemerintah provinsi dan kabupaten di tanah air bila berkunjung ke Banjarmasin atau ke Kalsel selalu mengunjungi CBSM.
Menurut, Muksin seorang pedagang di pertokoan CBSM, bukan hanya pejabat yang selalu berkjunjung ke lokasi tersebut tetapi tak sedikit kalangan artis yang datang khusus mencari berlian.
Mengutip keterangan kalangan selebiritis, Muksin menuturkan para artis tersebut belum berbangga hati bila tidak menggunakan cincin atau liontin bermata berlian Martapura.
Kelebihan berlian Martapura karena putih bening dan bersih, sehingga mengkilau atau bersinar kalau digunakan sebagai batu perhiasan, berliannya lebih bening ketimbang berlian dari luar negeri yang biasanya warnanya agak kecoklatan atau ke cocacolaan, atau ada bercak hitam yang disebut "batahi lalat.".
Bukan hanya berlian yang dicari pendatang ke Martapura, tetapi juga aneka permata lain, seperti jambrut, yakut, merah delima, dan aneka batu permata lainnya.
Masalahnya, Martapura selain memiliki perajin berlian juga ratusan perajin betu permata yang lain.
"Banyak pedagang batu permata dari berbagai negara lain, seperti dari India, Birma, Thailand, Singapura, Afrika Selatan, Malaysia, bahkan dari negara Eropa datang ke Martapura membawa bahan baku batu permata," kata Muksin.
Bahan baku batu permata tersebut dijual oleh mereka ke perajin setempat,kemudian oleh perajin setempat diolah menjadi batu cincin, batu giwang, liontin, dan jenis batu permata lainnya.
Oleh karena itu batu permata apa saja tersedia di CBSM Martapura ini, karena bahan baku yang datang dari berbagai penjuru.
Para pedagang batu permata yang menjual bahan baku tersebut keumudian uangnya dibelikan lagi berbagai olaharan batu permata Martapura termasuk berlian yang kemudian dijual kembali oleh mereka ke negara asal mereka.
Pengakuan para pedagang permata, Martapura sudah memiliki nama besar di kalangan pedagang permata, kalau permata di jual di daerah lain, harganya bisa turun tetapi kalau dijual di Martapura harganya bisa selangit.
Oleh karena itu banyak kalangan pedagang permata yang selalu ingin bertransaksi di kota ini, karena banyak pemburu permata berkeliaran di kota kecil tersebut.
Berdasarkan keterangan pedagang yang lain, kawasan pertokoan SBSM Martapura benar-benar menjadi magnet uang, karena setiap hari miliyaran rupiah uang beredar di kawasan ini.
Ratusan jenis batu permata olahan dari bumi orang Banjar ini diburu warga dari berbagai kota di Indonesia, dan negara lain.
Engkon seorang pemilik kios mengaku setiap hari dirinya dapat menjual puluhan jenis batu permata. Dari penjualan tersebut memperoleh omset antara 5 juta hingga 10 juta rupiah per hari.
Kelebihan lain wilayah ini juga terdapat lokasi-lokasi tertentu di pinggiran CBSM yang terdapat kegiatan transaksi berlian dan batu permata lainya dengan omset tak sedikit.
"Kalau nanti kalian lihat di belakang pasar ada orang yang asyik duduk-duduk seperti tidak ada kerjaan, jangan salah sangka, mereka itu bukan gelandangan tetapi justru orang-orang kaya," kata seorang pemandu wisata kepada tamunya.
Di kantong mereka penuh dengan batu-batu berlian, yang kalau diuangkan bisa mencapai miliaran rupiah, tambah pemandu wisata tersebut lagi kepada tamunya.
Seorang wisatawan pun pernah bercerita saat sampai di CBSM bergegas menuju belakang pasar membuktikan ucapan pemandu wisata tersebut.
Ternyata benar saja, terlihat seorang pemuda sedang duduk di antara motor-motor yang sedang diparkir sambil memegang sebuah kaca pembesar untuk melihat batu intan atau batu permata lain yang sudah digosok.
Mengukur karat batu permata di CBSM dengan cara memasukkan batu berlian itu ke lubang-lubang pada sebuah pelat besi untuk mengukur nilai karatnya.
Setelah selesai meneliti batu permata, pemuda itu mengembalikan ke seorang bapak berusia paruh baya yang sedang berbincang dengan empat orang rekannya di teras sebuah toko yang tutup.
Di sudut lain, seorang pedagang sedang melihat-lihat batu intan menggunakan kaca pembesar. Untuk melihat apakah ada cacat atau retakan di batu intan yang masih mentah itu.
Karena bila ada cacat akan mempengaruhi harga jualnya, rupanya pedagang itu sedang bertransaksi dengan pendulang batu intan tradisional yang setelah berhasil mendulang lalu datang ke lokasi kaki lima itu untuk dijual.
Berdasarkan keterangan pedagang permata kaki lima tersebut memang lebih suka berdagang seperti itu dibandingkan bila harus menyewa toko, dan itu malah menjadikan Pasar Intan CBSM menjadi lokasi transaksi berbeda.
Keunikan ini menjadi daya tarik untuk para wisatawan berkunjung ke Kota Martapura.
Berbagi jenis batu permata yang dibentuk menjadi perhiasan berupa gelang, kalung, cincin, hingga bros dan bentuk hisanan cendramata lainya dijual di kawasan pertokoan CBS ini.
Aneka batu-batuan yang menjadi perhiasan, antara lain akik, biduri bulan, topas, merah siam, merah daging, merah delima, cempaka, berlian, anggur, giok, intan, kuarsa, kecubung, mutiara, mata kucing, pirus, safir, yakut, jamrud, ruby,opal, spinel, bloodstone, tashmarine, quattro, dan alexandrite.
Batu permata lain yang juga terdapat di sini tetapi belum ada nama Indonesia seperti, chrysoberyl, chrysocolla, chrysoprase, hematite, jasper, kunszite, lapis lazuli, malachite, obsidian, olivine atau peridot, pyrite, tanzanite, tourmaline, dan zircon.
Kelebihan lain Kota Martapura, adalah kota santri lantaran banyak sekali pesantren di kota ini yang paling terkenal adalah pesantren Darussalam.
Objek wisata ziarah juga banyak di daerah ini seperti makam makam KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, makam Syekh Muhamad Arsyah Al Banjari, serta masjid Al Koramah/D/D.