Jakarta (ANTARA News) - Di tengah minimnya produksi lagu anak-anak, Sekolah Musik Indonesia (SMI) meluncurkan album perdananya berjudul "Dunia Kita" yang berisi tembang-tembang untuk anak-anak usia sekolah.
CEO SMI Freddy Aryanto di Jakarta, Kamis menyebutkan, tema "Dunia Kita" menunjukkan tentang kejadian sehari-hari dan imajinasi anak-anak yang seringkali diceritakan kepada teman dan orang tua mereka, bahkan ke orang-orang yang dijumpai di sekitar mereka.
"Kami cukup prihatin melihat perkembangan musik anak-anak sekarang, dimana anak-anak mengonsumsi lagu-lagu dewasa yang secara musikalitas cukup hebat, tetapi secara konten atau lirik sangat tidak pantas untuk anak-anak. Hal ini yang menjadi salah satu alasan kami untuk membuat langkah yang benar untuk generasi ini," katanya.
Dalam album "Dunia Kita" tersebut empat murid SMI, yakni Sakti, Tasya, Freya, Joy, dan Keysha yang terpilih untuk membawakan lagu-lagu yang terangkum, seperti "Hati Senang dan Riang" (Sakti), "Ayah Ibu" (Tasya), "Matahari dan Bulan" (Freya), "Warna Warni" (Joy) dan "Dunia Kita" (Keysha).
Freddy menyatakan, alasan lain peluncuran album tersebut adalah saat ini musik belum menjadi salah satu profesi populer yang diminati orang tua dan anak.
Padahal, tambahnya, industri musik kian berkembang di Indonesia dan di dunia berkat kemajuan teknologi dan internet, dan hal ini menciptakan lebih banyak lagi profesi yang ada di dunia Musik.
"Oleh sebab itu SMI tergerak untuk membangun pasar di segmen anak-anak melalui SMI TUNE," katanya.
Produser SMI TUNE Dionisius Edo mengatakan melalui program "Belajar Musik Dapet Uang" pihaknya mencoba mengembangkan bakat anak didik dan diarahkan untuk mengenal industri musik, bahkan hasil yang didapat 100 persen.
Sebastianus Yoga selaku produser pelaksana SMI TUNE menambahkan masa kecil adalah masa yang paling rentan, sedapat mungkin orang tua dapat menyelami dunia anak-anak supaya perkembangan mereka bertumbuh dengan maksimal.
Menurut dia, seringkali orang tua tidak bisa memahami apa yang ada di pikiran anak-anak, karena mereka memiliki penglihatan yang berbeda dari kita.
"Oleh sebab itu, ada hal-hal yang perlu dipahami orang dewasa agar tidak membatasi imajinasi anak-anak," katanya.
Sementara itu Freddy Aryanto menambahkan sesuai visi misi SMI yang ingin menghasilkan anak-anak kreatif, inovatif melalui musik teknologi berbasis multimedia terdepan di Indonesia yang up to date, maka lembaganya diharapkan bisa menjadikan murid sebagai pusat kurikulum dan menerapkan "the right man in the right place in right time".
SMI menerapkan metode "Education through music dan project base learning", lingkungan belajar "21st Century Music School Ready" melalui Multimedia Teknology Lab (MTL) dan Group Class.
CEO SMI Freddy Aryanto di Jakarta, Kamis menyebutkan, tema "Dunia Kita" menunjukkan tentang kejadian sehari-hari dan imajinasi anak-anak yang seringkali diceritakan kepada teman dan orang tua mereka, bahkan ke orang-orang yang dijumpai di sekitar mereka.
"Kami cukup prihatin melihat perkembangan musik anak-anak sekarang, dimana anak-anak mengonsumsi lagu-lagu dewasa yang secara musikalitas cukup hebat, tetapi secara konten atau lirik sangat tidak pantas untuk anak-anak. Hal ini yang menjadi salah satu alasan kami untuk membuat langkah yang benar untuk generasi ini," katanya.
Dalam album "Dunia Kita" tersebut empat murid SMI, yakni Sakti, Tasya, Freya, Joy, dan Keysha yang terpilih untuk membawakan lagu-lagu yang terangkum, seperti "Hati Senang dan Riang" (Sakti), "Ayah Ibu" (Tasya), "Matahari dan Bulan" (Freya), "Warna Warni" (Joy) dan "Dunia Kita" (Keysha).
Freddy menyatakan, alasan lain peluncuran album tersebut adalah saat ini musik belum menjadi salah satu profesi populer yang diminati orang tua dan anak.
Padahal, tambahnya, industri musik kian berkembang di Indonesia dan di dunia berkat kemajuan teknologi dan internet, dan hal ini menciptakan lebih banyak lagi profesi yang ada di dunia Musik.
"Oleh sebab itu SMI tergerak untuk membangun pasar di segmen anak-anak melalui SMI TUNE," katanya.
Produser SMI TUNE Dionisius Edo mengatakan melalui program "Belajar Musik Dapet Uang" pihaknya mencoba mengembangkan bakat anak didik dan diarahkan untuk mengenal industri musik, bahkan hasil yang didapat 100 persen.
Sebastianus Yoga selaku produser pelaksana SMI TUNE menambahkan masa kecil adalah masa yang paling rentan, sedapat mungkin orang tua dapat menyelami dunia anak-anak supaya perkembangan mereka bertumbuh dengan maksimal.
Menurut dia, seringkali orang tua tidak bisa memahami apa yang ada di pikiran anak-anak, karena mereka memiliki penglihatan yang berbeda dari kita.
"Oleh sebab itu, ada hal-hal yang perlu dipahami orang dewasa agar tidak membatasi imajinasi anak-anak," katanya.
Sementara itu Freddy Aryanto menambahkan sesuai visi misi SMI yang ingin menghasilkan anak-anak kreatif, inovatif melalui musik teknologi berbasis multimedia terdepan di Indonesia yang up to date, maka lembaganya diharapkan bisa menjadikan murid sebagai pusat kurikulum dan menerapkan "the right man in the right place in right time".
SMI menerapkan metode "Education through music dan project base learning", lingkungan belajar "21st Century Music School Ready" melalui Multimedia Teknology Lab (MTL) dan Group Class.
Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani