Bengkulu (ANTARA News) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu mengajak semua pihak khususnya masyarakat agar lebih waspada terhadap peredaran uang palsu, apalagi akan memasuki bulan suci Ramadhan yang notabene masyarakat lebih konsumtif.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Endang Kurnia Saputra di Bengkulu, Selasa, menyebutkan, tidak hanya Ramadhan, saat ini di Kota Bengkulu juga sedang ada gelaran Pilkada 2018 dan juga ada agenda besar masyarakat lainnya yakni tahun ajaran baru.
"Menjadi kesempatan bagi oknum untuk menyebarkan uang palsu, ketika tingkat konsumsi melonjak, artinya transaksi meningkat, oleh karena itu perlu hati-hati," kata dia.
Seperti kejadian pada Senin 23 April 2018, Kepolisian Bengkulu membekuk enam orang tersangka pembuat dan pengedar uang palsu, dari tangan tersangka diamankan upal. Jika dinilai nominalnya dalam bentuk rupiah maka akan mencapai Rp73 juta.
"Tapi sebenarnya nilainya nol, itu tidak ada nilainya karena bukan rupiah. Kalau ada temuan jangan takut untuk melapor," kata dia lagi.
Secara mudah sebenarnya masyarakat bisa mengecek keaslian uang yaitu dengan cara 3D atau yang jamak dikenal dengan dilihat, diraba dan diterawang. Uang yang asli menurut Endang memiliki kualitas cetak yang sangat baik, jika diraba terasa kasar, dan disertakan dengan tanda air serta benang pengaman.
"Masih banyak lagi cara mengenali rupiah lainnya seperti gambar tersembunyi, tekstur, perubahan warna, fitur pelangi, ultra violet dan rectoverso," ujarnya.
Masyarakat juga bisa memastikan keaslian rupiah dengan menggunakan peralatan tambahan seperti menyediakan lampu ultra violet untuk keperluan transaksi.
Yang lebih aman lagi, Endang mengajak semua pihak untuk beralih menggunakan uang elektronik dalam bertransaksi. Cara ini tentu dapat menekan kerugian akibat peredaran uang palsu atau kriminal vandalisme.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Endang Kurnia Saputra di Bengkulu, Selasa, menyebutkan, tidak hanya Ramadhan, saat ini di Kota Bengkulu juga sedang ada gelaran Pilkada 2018 dan juga ada agenda besar masyarakat lainnya yakni tahun ajaran baru.
"Menjadi kesempatan bagi oknum untuk menyebarkan uang palsu, ketika tingkat konsumsi melonjak, artinya transaksi meningkat, oleh karena itu perlu hati-hati," kata dia.
Seperti kejadian pada Senin 23 April 2018, Kepolisian Bengkulu membekuk enam orang tersangka pembuat dan pengedar uang palsu, dari tangan tersangka diamankan upal. Jika dinilai nominalnya dalam bentuk rupiah maka akan mencapai Rp73 juta.
"Tapi sebenarnya nilainya nol, itu tidak ada nilainya karena bukan rupiah. Kalau ada temuan jangan takut untuk melapor," kata dia lagi.
Secara mudah sebenarnya masyarakat bisa mengecek keaslian uang yaitu dengan cara 3D atau yang jamak dikenal dengan dilihat, diraba dan diterawang. Uang yang asli menurut Endang memiliki kualitas cetak yang sangat baik, jika diraba terasa kasar, dan disertakan dengan tanda air serta benang pengaman.
"Masih banyak lagi cara mengenali rupiah lainnya seperti gambar tersembunyi, tekstur, perubahan warna, fitur pelangi, ultra violet dan rectoverso," ujarnya.
Masyarakat juga bisa memastikan keaslian rupiah dengan menggunakan peralatan tambahan seperti menyediakan lampu ultra violet untuk keperluan transaksi.
Yang lebih aman lagi, Endang mengajak semua pihak untuk beralih menggunakan uang elektronik dalam bertransaksi. Cara ini tentu dapat menekan kerugian akibat peredaran uang palsu atau kriminal vandalisme.
Editor: Ruslan Burhani