Menurut Ustadz Muhammad Gafuri, kepada Kantor Berita Indonesia (KBI) Antara, pihaknya tidak bisa memastikan orang yang dicurigai oleh para santri tersebut, apalagi sampai memutuskan bahwa itu adalah antek PKI.
"Kita semua memang waspada setelah membaca diberbagai media tentang penyerangan terhadap para ulama di berbagai wilayah, dan isu yang beredar di berbagai media tentang adanya antek PKI yang mengincar pondok pesantren serta para ulama," jelasnya.
Oleh karena itu lanjut dia, tingkat penjagaan di pesantren ditingkatkan dari biasanya, agar para santri sensitif terhadap hal-hal yang mereka anggap mencurigakan.
"Memang ada beberapa kejadian sesuai laporan terkait, adanya seorang santri yang melihat mobil Avanza hitam mondar-mandir di depan ponpes pada Selasa (13/2),"katanya.
Selanjutnya, hari Kamis (15/2), sekitar pukul 01.00 wita, ada kendaraan roda dua berhenti di depan pos jaga asrama putri saat didatangi, pengendara tersebut berbalik arah dan pergi, bukan dikejar.
Masih di hari yang sama, ada mobil Escudo silver mondar-mandir di depan ponpes pukul 19.30 wita. Kemudian Jumat (16/2) dini hari pukul 01.00 wita, seorang santri bernama Sabdilah alias Isab, mengaku dicegat oleh orang tak dikenal yang menumpang mobil Escudo Silver.
Isab mengaku, si penumpang bertanya berapa jumlah Ustadz di ponpes, berapa jumlah santrinya, dan dijawab oleh Isab, bahwa ia tidak tahu, serta mau pulang kerumah.
"Kami sangat menyayangkan adanya kabar yang turut meresahkan warga, apalagi sampai disebar di media sosial seperti Whats App dan Facebook, dan ditulisan tersebut ditambahkan dari Pimpinan PPNM (singkatan dari Pondok Pesantren Nurul Muhibbin)," ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa hingga kini kondisi pondok pesantren beserta para santrinya dalam keadaan aman, dan setiap ada kejadian maupun orang yang mencurigakan, akan segera dilaporkan kepada pihak Kepolisian Sektor (Polsek) Kecamatan Halong.
"Namun tidak ada salahnya kepada seluruh umat beragama, agar meningkatkan kewaspadaan terhadap segala macam gangguan yang bisa memecah belah ummat, dan memprovokasi antar ummat beragama, mengingat Kecamatan Halong merupakan miniatur Indonesia, yang memiliki keberagaman suku, agama, ras dan aliran kepercayaan," imbaunya.
Sementara itu, Muhammad Rizali, salah seorang pengurus Ponpes menambahkan, bahwa keadaan ponpes aman-aman saja, penjagaan tetap seperti biasanya dilakukan oleh para santri, namun tingkat kewaspadaannya saja ditingkatkan, mengingat banyaknya isu dari berbagai media.
"Pondok dan para santri aman saja, seandainya keadaannya mencekam, saya tidak mungkin meninggalkan pondok dan bepergian ketempat lain," paparnya.
Dilain pihak, Kapolsek Halong, AKP Toto Heryanto dan Camat Halong Apriansyah, berpesan kepada semua pihak, agar lebih bijak dalam menggunakan medsos, jangan menelan mentah-mentah info yang didapat yang belum pasti kebenarannya atau Hoax.
Apa lagi sampai menyebarluaskan informasi itu ke media lain yang menimbulkan keresahan dan ketakutan orang lain diluar sana.
"Halong ini daerah yang kaya akan sukunya, kaya akan agama, budaya, bahasa, dan adatnya. Jadi kita harus sama-sama menjaga kekayaan itu dengan baik, jangan menyebarluaskan informasi yang dapat memecah belah kerukunan kita disini," Pungkasnya.