Kepala Desa Marajai Adi Setiawan kepada Antara di Halong, Senin membenarkan desa Marajai akan dijadikan wisata lantaran kondisi alam yang pantas menjadi sebuah kunjungan wisatawan disamping ada kekayaan desa berupa pohon buah-buahan endemik Kalimantan.
"Desa kami memiliki hutan, riam berair deras, gunung, sungai air jernih, budaya masyarakat Dayak, serta ada kebun buah-buahan khas Kalimantan," kata Adi Setiawan.
Melihat potensi tersebut, maka wajar warga ingin menjadikan desa mereka sebagai desa wisata, apalagi untuk menuju desa ini mudah saja dapat dikunjungi dengan kendaraan roda empat, tambahnya.
Yang menjadi andalan wisata desa ini lantaran masih tersedianya pohon-pohon buah mulai langka, produksinya yang dijual-belikan baik ke ibukota kecamatan, ibukota kabupaten bahkan ke daerah-daerah lainnya.
Untuk jenis durian saja mungkin wilayah Marajai yang paling banyak memberikan kontribusi bagi pedagang durian di Balangan.
Apalagi durian di Marajai aneka spicies, ada durian berkulit merah yang disebut lahung (durio dulcis) ada durian kuning yang disebut mantaula (Durio kutejensis), ada durian berkuli warha hijau tua, berduri lancip panjang yang disebut mahrawin (Durio oxleyanus), dan aneka jenis durian lainnya.
Ada pula sembilan jenis tarap-tarapan, seperti kulidang ((Artocarpus lanceifolius roxb), puyian (Artocarpus rigidus) dan lainnya. Kemudian juga ada buah kapul (Baccaurea macrocarpa),kalangkala (Litsea garciae),gitaan / tampirik ( Willughbeia angustifolia) dan kumbayau ( Dacroydes rostrata).
Buah lainnya yang teridentifikasi di desa bagian dari Pegunungan Meratus tersebut adalah Silulung (Baccaurea angulata) maritam (Nephelium ramboutan-ake) bumbunau (Aglaia laxiflora), babuku ( Dimocarpus longan subspecies malesianus),luying/luing (Scutinanthe brunnea).
Untuk menjadikan desa itu sebagai deswa wisata maka mereka mendatangkan seorang relawan yang memotivasi masyarakat agar menjada alam dan memelihara tumbuh-tumhuhan khususnya buah sebagai aset wisata.
Relawan dimaksud adalah Jumali Wahyono Perwito atau yang dikenal dengan sapaan Mas Jiwo Pogog, lantaran yang bersangkutan sudah mampu merubah desa tandus Pogog, lereng gunung Wonogiri, Jawa Tengah, menjadi desa wisata melalui pengembangan durian Muntong.
Kedatangan Mas Jiwo Pogog ke desa Pegunungan Meratus tersebut berkat bantuan Hanif Wicaksono seorang karyawan BKKBN yang meikhlaskan diri menjadi pemerhati dan relawan pengembangan buah-buahan Desa Marajai.
Desa Marajai, Kecamatan Halong, berpenduduk 197 KK dengan jumlah penduduk 578 jiwa./f