Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Universitas Lambung Mangkurat (ULM) terus berupaya menggenjot penerapan kuliah sistem daring atau online sebagai pengembangan pembelajaran di masa depan.
"Jadi kita tidak boleh terpaku dengan pembelajaran konvensional face to face, nanti perguruan tinggi kita jauh tertinggal," kata Rektor ULM Prof Dr Sutarto Hadi, Jumat.
Namun, Sutarto memastikan jika ULM saat ini sudah melangkah maju kedepan. Hal itu terbukti dari ditunjuknya ULM bersama tujuh perguruan tinggi lain di Indonesia untuk mengembangkan sistem pembelajaran elektronik atau e-learning.
"Ini amanat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang meminta perguruan tinggi mengembangkan e-learning. Jadi kami menyiapkan peralatan selengkapnya, konten-konten yang nantinya berlaku secara nasional," ucapnya.
Sebagai wujud memacu peningkatan pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi dan informasi itu, ULM pun menggandeng Universitas Terbuka (UT) yang sudah berpengalaman soal sistem pembelajaran elektronik atau
e-learning.
"Universitas Terbuka sudah sangat berpengalaman dalam penerapan sistem online, maka kami berharap ilmu dari mereka bisa ditransfer ke ULM," jelas Sutarto.
Penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara ULM dan UT diteken Rektor ULM Prof Dr Sutarto Hadi dan Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat di sela Rapat Kerja ULM 2018 di Aula Rektorat ULM di Banjarmasin.
Pada kesempatan itu, Prof Ojat juga didaulat jadi pembicara unuk memberikan paparan mengenai "Pembelajaran Berbasis Daring".
Selain Ojat, ULM juga menghadirkan Rektor Universitas Amikom Yogyakarta
Prof M Suyanto yang membawakan materi bertema "Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0".
Menurut Sutarto, pihaknya pun sudah menandatangani MoU dengan Universitas Amikom Yogyakarta beberapa waktu lalu dengan tujuan sama, yakni peningkatan proses pembelajaran ULM dengan sistem daring.
Di sisi lain, pada Rapat Kerja ULM 2018 itu Sutarto juga menekankan kepada seluruh sivitas akademika untuk bisa mengembangkan kampus agar bisa "survive" (bertahan) di masa depan, sehingga mewujudkan ULM sebagai universitas terkemuka dan berdaya saing.
"Kampus tidak bisa lagi mengandalkan penerimaan hanya dari iuran mahasiswa, namun perguruan tinggi yang maju, lebih dari 50% pendapatannya justru dari produk-produk lain yang dihasilkannya," pungkas Sutarto.