Polteknik Negeri Banjarmasin (Poliban) Kalimantan Selatan mengundang praktisi hukum dan psikolog sebagai upaya untuk mencegah agar tidak terjadi kasus bullying atau perundungan di kalangan mahasiswa.
Kegiatan itu bertema "Workshop Bullying And Risk SuperCamp Poliban" yang menghadirkan praktisi hukum Dr H Fauzan Ramon dan ahli Psikolog Dr Emma Yuniarrahmah di Aula Kantor Rektorat Poliban di Banjarmasin, Senin.
Baca juga: Poliban siap jadi tuan rumah gelaran IBAC 2024
Baca juga: Poliban siap jadi tuan rumah gelaran IBAC 2024
Direktur Poliban Kalsel Joni Riadi menyampaikan kegiatan menghadirkan dua tokoh ini sangat penting untuk meningkatkan pemahaman kepada para mahasiswa dan mahasiswi agar tidak berperilaku bullying ke sesamanya.
"Saling mengingatkan dan mengawasi sebagai upaya pencegahan agar tidak sampai terjadi, karena konsekwensinya pidana, belum lagi psikologis terganggu bagi korban bullying," ujarnya.
Dia pun menyampaikan, bahwa kasus dugaan bullying di perguruan tinggi kini kembali viral karena menelan korban jiwa.
Baca juga: Poliban petakan kebutuhan tenaga kerja masa depan
Baca juga: Poliban petakan kebutuhan tenaga kerja masa depan
"Mungkin adik-adik mahasiswa mengetahui ramai di media sosial belakangan hari ini, viral di sebuah perguruan tinggi yang salah satu mahasiswanya di panggil yang maha kuasa (tewas) karena dugaan tindakan senioritas," ujarnya.
Menurut Joni Riadi, kejadian tersebut menyita perhatian seluruh lembaga pendidikan dan perguruan tinggi, tidak terkecuali kampusnya, karenanya upaya mencegah terjadinya itu harus ditingkatkan lagi, salah satunya dengan kegiatan ini.
Joni Riadi menyatakan, bahwa pihaknya sudah melakukan upaya itu dan akan terus jadi perhatian dan ditingkatkan pengawas di lingkungan kampus.
"Sejak 2019, setelah saya diamanatkan menjadi direktur, orientasi mahasiswa baru atau bimbingan fisik, mental dan disiplin saya ubah," ungkapnya.
Baca juga: Poliban masuk 163 perguruan tinggi dukung program praktis mengajar
Baca juga: Poliban masuk 163 perguruan tinggi dukung program praktis mengajar
Joni menyampaikan, bahwa orientasi mahasiswa baru tidak lagi digelar mahasiswa senior, namun dikerjasamakan dengan pihak TNI.
"Bukan berarti kakak senior tidak baik, tapi ada hal-hal yang jadi pertimbangan, khawatirnya darah muda itu kan cepat panas, timbul emosi berlebihan terhadap juniornya saat orientasi, itu yang membahayakan," ujarnya.
Karenanya, sejak 2019 hingga sekarang ini, orientasi mahasiswa dan mahasiswi kampusnya dibimbing TNI di Rindam VI Mulawarman di Banjarbaru.
"Kita kirim mereka di sana untuk dididik mental, fisik dan disiplin, demikian juga bela negara," tutur Joni Riadi.
Dia pun berharap dengan bimbingan semua itu, ditambahkan kegiatan seperti ini diintensifkan, hingga wanti-wanti Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi RI Nadiem Anwar Makarim terkait tiga dosa besar di dunia kampus tidak sampai terjadi.
"Jadi Mas Menteri menyampaikan tiga dosa besar itu, yakni, kekerasan seksual, perundungan dan intoleransi," ujarnya.
Baca Link:Poliban