Belum hilang dari ingatan peristiwa yang terjadi pada 26 September 2011 warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dikejutkan dengan berita terbakarnya Kapal Motor (KM) Marina Nusantara jurusan Surabaya-Banjarmasin di alur sungai Barito.
Peristiwa maut tersebut menewaskan enam orang penumpang, 103 orang mengalami luka berat, dan beberapa di antaranya dilaporkan hilang serta trauma.
Sebelum terbakar, kapal yang mengangkut 500 penumpang itu bertabrakan dengan kapal tongkang pengangkut batu bara sehingga mengakibatkan bagian depan kapal rusak.
Sesaat kemudian, kapal terbakar dan membuat penumpang panik, sebagian besar penumpang sempat terjun ke sungai untuk menyelamatkan diri. Sebagian di antara penumpang yang terjun tersebut berhasil diselamatkan sejumlah kapal yang melintas di sekitar sungai Barito Banjarmasin itu.
Dalam peristiwa tersebut tercatat, selain enam korban tewas dan 103 korban terluka, langsung dilarikan ke Rumah Sakit Soeharsono dan Rumah Sakit Suaka Insan, Banjarmasin.
Insiden tabrakan KM Marina dengan tongkang batu bara menjadi peristiwa tabrakan terbesar di Alur Sungai Barito selama 2011 yang banyak menyedot perhatian publik dan pemerintah pusat serta daerah.
Tabrakan maut tersebut, hingga kini masih menyisakan luka cukup dalam bagi anggota keluarga yang ditinggalkan.
Bahkan beberapa keluarga yang hingga kini belum mendapatkan kabar tentang keberadaan anggota keluarga yang diduga ikut dalam kapal yang terbakar tersebut, masih terus berharap masih bisa menemukan sanak saudara mereka.
Disusul dengan kejadian tabrakan kapal kargo pengangkut kontainer KM Bintang Jasa 09 dengan kapal tongkang batubara MV 2323, yang menyebabkan kapal pengangkut puluhan peti kemas tersebut karam.
Sedangkan, kapal tongkang yang mengangkut ribuan ton batu bara tujuan Semarang tersebut juga mengalami kerusakan dan harus dikandaskan di tepi perairan Sungai Barito.
Kepala Administrator Pelabuhan Banjarmasin, Julianus The di Banjarmasin, Kamis (15/12) mengatakan, saat ini kondisi lalu lintas di Alur Barito Banjarmasin cukup padat sehingga tabrakan kapal dan tongkang batu bara memungkinkan sering terjadi.
Berdasarkan catatan Adpel, kata dia, untuk tabrakan di Alur hampir terjadi dalam dua bulan sekali.
"Yang terbesar adalah tabrakan KM Marina dengan tongkang batu bara yang menewaskan sekitar enam orang penumpang dan ratusan lainnya luka-luka," katanya.
Menurut Julianus, semakin padatnya arus lalu lintas di Alur Barito tidak menutup kemungkinan tabrakan antara kapal akan semakin sering terjadi, bila nahkoda tidak mengikuti rambu-rambu yang telah disiapkan.
"Banyak nakhoda yang mengabaikan rambu-rambu lalu lintas, terutama nakhoda tongkang batu bara yang dari Kalimantan Tengah, makanya tabrakan sering tidak bisa dihindarkan," katanya.
Komandal Lanal Banjarmasin Letkol Laut P Achmad Wibisono mengatakan, kecelakaan kapal yang telah terjadi antara lain karena kelalaian masing-masing nahkoda kapal yang melintas alur.
"Banyak nakhoda kapal yang mengabaikan petunjuk atau rambu-rambu yang telah disiapkan karena merasa telah menguasai medan, hal tersebut sangat membahayakan," katanya.
Selain itu, tidak sedikit nahkoda tongkang batu bara yang tidak tertib dengan menambat tongkang tidak pada tempatnya.
Naik Tajam
Jumlah kapal yang melintas Alur Barito selama Desember 2011 melonjak tajam dibanding Januari hingga November.
Menurut Julianus sejak awal 2011 jumlah kapal yang keluar dan masuk setiap minggu sebanyak 650 unit.
Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibanding selama 2010 dan tahun-tahun sebelumnya yang hanya sekitar 400 unit per minggu.
"Pada Desember ini kembali terjadi kenaikan jumlah kapal yang melintasi Alur Barito menjadi 950 unit per minggu," katanya.
Lonjakan kedatangan kapal diperkirakan selain karena semakin banyak kapal yang masuk ke Kalsel juga karena produksi batu bara terus meningkat baik dari Kalimantan Tengah maupun Kalsel.
Selain itu, beberapa tongkang batu bara yang sebelumnya menumpuk di perairan Kalimantan Tengah karena tidak bisa keluar akibat sungai dangkal, kini sudah bisa berlayar.
Kondisi tersebut, membuat arus lalu lintas di Alur Barito semakin padat, sehingga seluruh nahkoda kapal maupun tongkang batu bara harus selalu waspada dan hati-hati untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut Julianus, semakin padatnya arus lalu lintas di Alur Barito tidak menutup kemungkinan tabrakan antara kapal akan semakin sering terjadi, bila nakhoda tidak mengikuti rambu-rambu yang telah disiapkan.
"Saat ini kepadatan arus lalu lintas di Alur Barito hampir sama dengan kepadatan arus lalu lintas di pelabuhan Surabaya," katanya.
Kepala Cabang PT Dharma Lautan Utama, Budiono dalam suatu kesempatan mengatakan, saat ini arus lalu lintas di Alur Barito sudah cukup padat sehingga nahkoda kapal harus ekstra hati-hati.
Apalagi, kata dia, keberadaan tongkang batu bara yang jumlahnya kini juga terus meningkat.
"Kalau ditanya apakah mengganggu, jelas mengganggu dengan keberadaan tongkang-tongkang tersebut, tapi Alur Barito merupakan jalur umum," katanya.
Menurut Budiono saat ini pihaknya tidak ada masalah dengan keberadaan alur Barito hanya saja bila bisa diatur lebih baik, pelayaran akan lebih lancar.
Kondisi lalu lintas di laut tidak seperti di darat, banyak yang harus diperhitungkan, baik kecepatan air, angin, sehingga kondisi alam juga menentukan lancar tidaknya perjalanan.
Salah seorang nakhoda kapal Basarnas juga menilai bahwa Sungai Barito merupakan salah satu alur paling padat di Indonesia.
"Alur Barito ini paling sulit, bahkan paling berbahaya dari semua alur yang pernah saya lalui. Namun itulah tantangannya," ucapnya.
Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin mengatakan jalur pelayaran di alur Barito memang salah satu alur yang terpadat di Indonesia.
Terkait dengan tingkat kerawanannya, Selama diatur dengan baik oleh pihak yang terkait, kecelakaan bisa diminimalisir.
Perketat Regulasi
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka mau tidak mau pemerintah dan pihak terkait harus meningkatkan regulasi atau pengaturan dan pengawasan di Alur Barito.
Komandal Lanal Banjarmasin Letkol Laut P Achmad Wibisono dihubungi via telepon di Jakarta, Kamis mengatakan, kepadatan lalu lintas alur Barito harus mendapatkan perhatian lebih serius dari seluruh pihak terkait.
"Saat ini pengaturan yang dilakukan oleh Administrator Pelabuhan sudah cukup baik termasuk pemasangan rambu-rambu lalu lintas, tetapi dengan semakin padatnya lalu lintas di Alur akhir-akhir ini pengaturan harus lebih ditingkatkan," katanya.
Pengaturan tersebut antara lain adalah lokasi tambat tongkang batu bara yang kini belum teratur, terutama untuk tongkang yang sudah kosong, sering ditambat di sembarang tempat.
Kondisi tersebut, kata dia, semakin mempersempit lintasan di Alur Barito sehingga dikhawatirkan, tabrakan dan lainnya akan lebih mudah terjadi.
Menurut Wibisono, secara alami kondisi Alur Barito tidak mungkin dilebarkan, kalaupun bisa perlu biaya yang cukup besar dan pengerukan harus selalu dilakukan.
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya tabrakan kapal dengan tongkang sebagaimana terjadi pada 2011 dan tahun-tahun sebelumnya, adalah dengan memperketat regulasi di alur.
"Banyak nakhoda kapal yang mengabaikan petunjuk atau rambu-rambu yang telah disiapkan karena merasa telah menguasai medan, hal tersebut sangat membahayakan," katanya.
Kepala Administrator Pelabuhan Banjarmasin, Julianus The mengatakan sesuai arahan dari perhubungan, pihaknya telah menetapkan area parkir bagi tongkang batu bara yaitu di sekitar Pulau Kaget dan Pelabuhan Trisakti.
"Namun banyak nakhoda kapal tidak mematuhi aturan tersebut," katanya.
Selain itu, kata dia, bila disetujui oleh Kementerian Perhubungan, pihaknya akan menambah peralatan untuk pengaturan lalu lintas di alur berupa rambu-rambu yang akan dilakukan oleh PT Ambapers dan pihak navigasi, penambaha radar, CCTV dan alat pendeteksi kapal.
Bahkan, tambah dia, bila disetujui akan ada bagian khusus untuk mengatur lalu lintas di alur Barito selain dari kepanduan, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindarkan.
Julianus mengatakan, saat ini kepadatan arus lalu lintas di Alur Barito hampir sama dengan kepadatan arus lalu lintas di pelabuhan Surabaya.
Membahas hal tersebut, kata dia, Administrator Pelabuhan Banjarmasin dengan difasilitasi PT Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin menggelar rapat, membahas keselamatan transportasi bertempat di ruang rapat Barito Kantor PT Pelabuhan Indonesia III Cabang Banjarmasin, Senin, 21 November 2011.
Dalam rapat tersebut, tambah Julianus di antaranya membahas tentang prosedur tetap pemanduan kapal di perairan wajib pandu kelas II Pelabuhan Banjarmasin.
Rapat dihadiri sedikitnya 40 orang perwakilan perusahaan pelayaran, asosiasi dan instansi terkait yang meliputi, perusahaan pelayaran, asosiasi pelayaran (INSA), kantor administrator pelabuhan dan kantor navigasi./B