Kirana di Barabai, Kabupaten HST, Kamis, mengatakan kegiatan ini didukung program Forest and Other Land Use (FOLU), Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), serta Kementerian Kehutanan.
Baca juga: Debit air sungai di HST naik usai hujan deras di Pegunungan Meratus
Diketahui, rotan merupakan produk hutan bukan kayu yang tumbuh cepat dan dapat diperbarui, sangat penting untuk pelestarian hutan.
Sehingga, proyek Rattan for Life secara langsung mendukung target iklim nasional dan global, terutama inisiatif FOLU Net Sink 2030.
Proyek “Rattan for Life” secara langsung mendukung target iklim nasional dan global, khususnya inisiatif FOLU Net Sink 2030.
"Proyek ini memadukan aksi pemuda dengan ilmu geospasial dengan memberdayakan masyarakat terutama Dayak Meratus," kata Kirana.
Kirana dan Christophe memanfaatkan data satelit, peta tanah, dan analisis kontur untuk mengidentifikasi lahan terdegradasi, sehingga penanaman rotan dapat tumbuh optimal, serta membantu memulihkan hutan yang rusak.
Setiap lokasi penanaman telah diverifikasi di lapangan dan ditandai dengan GPS, menciptakan peta digital untuk pemantauan transparan dan penelitian selanjutnya.
Pendekatan berbasis data ini menegaskan peran teknologi dalam upaya konservasi berbasis komunitas, terlebih melibatkan masyarakat Dayak Meratus yang kehidupannya memang dekat dengan pemanfaatan hasil alam.
“Menanam 3.000 pohon rotan ini lebih dari sekadar reforestasi. Ini melambangkan sejuta harapan untuk lingkungan yang lebih sehat dan masa depan berkelanjutan,” kata Kirana.
Sementara itu, Christophe menambahkan pihaknya tidak ingin hanya menanam, melainkan menanam dengan cerdas dan tepat dengan bantuan teknologi.
Inisiatif ini juga menjadi platform edukasi untuk mendorong masyarakat dan generasi muda di seluruh negeri terlibat dalam pelestarian lingkungan dengan teknologi modern dan metodologi berbasis data.
Kedua pelajar tersebut berharap rotan yang ditanam ini dapat tumbuh sesuai harapan, serta bisa memberikan manfaat lingkungan serta manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, terutama Dayak Meratus.
Baca juga: Pendakian di Gunung Halau Halau ditutup karena tradisi Dayak "Basambu Umang"
