Banjarmasin (ANTARA) - Ustadz H Muhammad Nur atau Madnur mengingatkan pentingnya ilmu dan adab terutama bagi kaum Muslim, dalam tausiyahnya di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, sesudah Shalat Subuh Senin.
Ustadz Madnur mengingatkan itu dengan mengutip 'Kalam Guru Zuhdi" atau Tuan Guru Haji Zuhdiannor almarhum, seorang ulama terkenal di Kalimantan Selatan (Kalsel) asal Alabio (sekitar 186 km utara Banjarmasin) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).
Ustadz muda itu menerangkan, berdasarkan Kalam Guru Zuhdi ke-29 bahwa "ilmu memang penting, tapi adab lebih penting" (pengertiannya selain berilmu, seseorang tersebut juga harus beradab).
"Sebab seseorang yang cuma berilmu setinggi apa, jika orang tersebut tidak beradab berarti keilmuannya belum maksimal," ujar Ustadz Madnur.
Pada kesempatan kajian rutin di Masjid Al Falah tersebut kali ini, Ustadz Madnur menerangkan Kalam Guru Zuhdi Nomor ke-26 hingga ke-29 dari 101 Kalam Guru Zuhdi.
Ia menerangkan, dalam Kalam Guru Zuhdi ke-26 tentang "tawadhu" atau "dengan tawadhu disitulah Rasullullah berada.
"Pengertian tawadhu di antaranya tidak/jangan sombong. Orang tawadhu akan Allah angkat derajat, sebaliknya orang yang sombong akan dihinakan Allah," lanjut Ustadz Madnur mengutip Hadits Rasulullah Muhammad Saw.
Kalam Guru Zuhdi nomor 27: "ke Banjarmasin, tapi 'kada' (tidak) ziarah ke Basirih (maksudnya makam/haul Habib Hamid bin Abbas Bahasyim) maka tidak akan mendapat berkah selama di Banjarmasin.
"Kemudian Kalam Guru Zuhdi nomor 28 "jika kami wajib bakti pada orang tua atau kuitan (bahasa daerah Banjar Kalsel), lebih wajib bakti kepada Rasulullah," kutip ustadz muda tersebut.
Ia menjelaskan, makna Kalam Guru Zuhdi ke-28 tersebut, bahwa seorang anak yang tidak berbakti dengan kuitan kehidupannya akan fakir atau tak beberkah.
"Oleh sebab itu, sebagai tanda bakti dengan kuitan paling tidak mendoakan kebaikan kepada kedua orang tua tersebut dengan mengucap 'Rabighfirli... dst," ujarnya.
Begitu pula tanda bakti kepada Rasulullah Saw, selain mengikuti Sunnah Beginda Rasul, minimal mengucap salawat "Allahumma shalli .... dst, lanjutnya.
"Doa buat kuitan tidak cuma lima kali setiap selesai shalat fardhu, tapi bisa setiap saat. Begitu pula halnya salawat kepada Rasulullah pada setiap kesempatan," demikian Ustadz Muhammad Nur.