Marabahan (ANTARA) - Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Barito Kuala (TPPS Batola) Provinsi Kalimantan Selatan menargetkan 95 persen cakupan pengukuran dan penimbangan terhadap balita.
"Semua pihak turut serta membantu proses sweeping ini,” ungkap Ketua TPPS Kabupaten Batola Zulkipli Yadi Noor di Marabahan, Jumat.
Baca juga: Sekda Batola optimis prevalensi stunting di angka 14 persen capai target
Zulkipli mengatakan kegiatan mengukur dan menimbang terhadap balita tersebut untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan.
Upaya tersebut, jelas Zulkipli, merupakan salah satu strategi pemerintah untuk melihat prevalensi stunting.
Zulkipli mengungkapkan kegiatan yang dilakukan, antara lain memasukkan data anak menggunakan aplikasi dari Pemkab Batola, yakni Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM).
Diakui Zulkipli, permasalahan yang banyak ditemui petugas di lapangan, antara lain orang tua enggan datang ke Posyandu.
"Ada yang dilarang suami, ada juga karena anak dirawat neneknya. Kemudian, pertimbangan jarak dan berbagai alasan sehingga orang tua tidak membawa anak ke Posyandu. Namun, secara umum respon bagus," ucapnya.
Zulkipli menyebutkan pelaksanaan "sweeping" mendapatkan respon baik dari orang tua balita yang tersebar pada 11 desa dan enam rukun tetangga (RT).
Baca juga: Sekda Batola: Percepatan penurunan stunting diperlukan komitmen dan kolaborasi
Zulkipli menegaskan TPPS Kabupaten Batola semakin serius menindaklanjuti intervensi penurunan dan pencegahan stunting.
Terbukti, petugas Satgas TPPS Batola turun serentak ke sembilan kecamatan dengan angka pencapaian penimbangan dan pengukuran masih kurang dari 95 persen.
Dikatakan Zukipli, Kecamatan Tabukan Desa Karya Makmur merupakan satu dari sembilan Kecamatan yang melaksanakan intervensi serentak.
Zulkipli turut hadir untuk memantau proses penimbangan dan pengukuran balita pada kegiatan di Desa Karya Makmur Kecamatan Tabukan tersebut.
Ketua TPPS Kabupaten Batola tersebut didampingi Camat Tabukan, pimpinan Polsek, unsur TNI, pimpinan Puskesmas, kepala desa dan tim Satgas Kabupaten yang mendatangi langsung rumah warga.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan prevalensi stunting di Kabupaten Batola mencapai 15,9 persen pada 2023, sedangkan batas nasional harus di bawah 14 persen.
Baca juga: BKKBN RI tunjuk Kecamatan Mandastana jalankan "Kencana Bangga"