Kegiatan pertambangan dan perkebunan di Kalimantan Selatan menjadi ancaman terhadap kelestarian potensi benda purbakala yang cukup besar di provinsi kaya sumber daya alam ini.
Kepala Badan Arkeologi Banjarmasin wilayah Kalimantan Bambang Sakti Wiko Admojo di Banjarmasin, Selasa mengatakan, pada 1999 pihaknya menemukan tengkorak manusia purbakala homosapien yang diduga berusia 4.000 tahun di gua tengkorak pegunungan Batu Buli, Kabupaten Tabalong.
Seusai pembukaan pertemuan arkeolog nasional, ia mengemukakan, sayangnya, temuan berharga tersebut dalam kondisi tidak utuh atau sebagian sudah rusak dan hilang karena pertambangan batu putih yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.
"Sayang sekali, padahal penemuan tengkorak tersebut merupakan penemuan terbesar di Kalsel, sayangnya tidak terselamatkan lagi karena rusak akibat pertambangan rakyat," katanya.
Diduga, tambah Bambang, benda-benda bersejarah tersebut masih banyak di Kalsel dan terdapat di lokasi-lokasi yang memang banyak terdapat sumber daya alam berupa tambang maupun potensi perkebunan.
Potensi benda purbakala di Kalsel yang belum ditemukan, selain di gua tengkorak yang kini kondisi lingkungannya sudah rusak parah diduga juga berada di gua babi.
"Kalau di gua babi kondisi lingkungannya masih cukup bagus, semoga bisa dipertahankan hingga penyelidikan selesai di lakukan oleh pihak berkompeten," katanya.
Selain di Kalsel, penelitian juga dilakukan di wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Potensinya, kata dia, cukup besar, seperti di Kalimantan Barat baru ditemukan candi di daerah Ketapang, di Kaltim ditemukan jenis tajau purba dan di Kalsel terdapat beberapa candi yang terus digali potensinya seperti candi di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
"Ditemukannya candi-candi tersebut sebagai salah satu bukti adanya proses peradaban zaman Hindu dan Budha di Kalimantan," katanya.
Pada pertemuan ahli benda purbakala tersebut juga dipamerkan foto-foto tentang sejarah peradaban Kalsel, seperti kondisi permukiman kayu di Gambut Kabupaten Banjarmasin yang diindikasikan sebagai pola tata lingkungan yang minim sumber daya bebatuan.
Selain itu, tiang-tiang pancang ulin dan beberapa artefak di Desa Patih Muhur Anjir Muara yang mengindikasikan permukiman bersekala besar dengan tingkat teknologi yang lebih tinggi./B*C
Benda Purbakala Terancam Tambang
Rabu, 26 Oktober 2011 8:39 WIB