Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Harga batu bara ekspor kalori enam asal Kalimantan Selatan sejak tiga bulan terakhir naik antara 15 persen hingga 20 persen yaitu dari sekitar 60 dolar AS kini menjadi 90 dolar As per ton.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan, Gusti Yasni Iqbal di Banjarmasin, Senin mengatakan, kenaikan harga batu bara kalori tinggi terutama untuk eskpor ke Turki tersebut, diharapkan akan mendorong kenaikan volume ekspor batu bara.
Selain itu, kenaikan harga batu bara, diharapkan juga akan kembali menggeliatkan industri batu bara yang sejak beberapa tahun terakhir banyak tutup.
"Kenaikan harga batu bara ekspor ini, saya harapkan akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan, yang kini 3,9 persen menjadi empat persen lebih," katanya.
Kenaikan harga batu bara ini, tambah dia, juga mendorong kenaikan volume ekspor Kalimantan Selatan, hingga 20 persen yang kini mencapai 10 juta ton lebih per bulan atau 130 juta ton per tahun dengan nilai ekspor rata rata perbulan 500 juta dolar AS.
Hanya saja, tambah Gusti, kenaikan harga batu bara ini, belum dirasakan secara maksimal oleh Kalsel, karena sebagian besar kalori batu bara daerah ini di bawah kalori enam.
Menurut dia, kendati terjadi kenaikan, harga batu bara kalori rendah masih di bawah 50 dolar AS per ton, yaitu kisaran 30-40 dolar AS per ton.
"Terjadi perbedaan harga yang sangat signifikan antara batu bara kalori tinggi dan rendah, karena untuk mendapatkan batu bara kalori tinggi diperlukan waktu hingga puluhan bahkan ratusan tahun lamanya,"katnaya.
Selain batu bara, harga komoditas ekspor lainnya, baik itu CPO, sektor perikanan, industri kayu dan lainnya, juga mengalami kenaikan cukup signifikan.
Hanya saja, karena selama ini tumpuan utama ekspor Kalsel masih batu bara, kenaikan ekspor komoditas lainnya, tidak terlalu berpengaruh besar terhadap nilai ekspor Kalsel.
Namun demikian, kata dia, mulai membaiknya harga komoditas ekspor tersebut, akan segera memulihkan kondisi perekonomian Kalsel, seperti belum krisis.
Sejak harga batu bara anjlok, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan, yang awalnya berada di peringkat tujuh nasional, anjlok menjadi peringkat 27 nasional, kondisi tersebut memicu bertambahnya tingkat kemiskinan dan pengangguran di provinsi ini.