Banjarmasin (ANTARA) - Mayoritas atau sebagian besar petani Kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalimantan Selatan (Kalsel) masih mengandalkan pertanian padi sampai saat ini, kendati di antaranya ada yang beralih ke bidang usaha lain.
Anggota DPRD asal daerah pemilihan (Dapil) Kalsel III/Batola, H Karlie Hanafi Kalianda mengungkapkan itu di Banjarmasin, Senin sesudah melakukan reses masa sidang pertama Tahun 2024 pada 21-28 Januari lalu.
Baca juga: DPW PKB Kalsel berikan pelayanan pengobatan tradisional gratis
"Sebagian besar masyarakat atau petani daerah pertanian pasang surut Batola hingga saat ini masih menggantungkan hidup dari pertanian dan ternyata masih mengandalkan subsektor tanaman padi. Padahal banyak sektor lain yang berusaha mengubahnya, seperti perkebunan sawit, hortikultura dan lainnya," ujar Karlie.
Wakil rakyat yang bergelar sarjana, magister dan doktor ilmu hukum itu melaksanakan reses pada 16 desa di Kecamatan Cerbon dan Marabahan (sekitar 50 km barat Banjarmasin), ibukota Batola.
Ia menambahkan, selain masih menjadikan pertanian padi sebagai mata pencaharian utama, sebagian besar masyarakat dari 16 desa itu juga mengembangkan usaha sampingan.
"Namun usaha mereka masih seputar kegiatan pertanian seperti bertanam macam-macam sayuran, perkebunan jeruk, pengolahan hasil pertanian dan perkebunan, dan lain-lain,” jelas Karlie.
Baca juga: Ustadz Ghazali nyatakan diam merupakan sikap bijak
Ia mengungkapkan, sebagian masyarakat di wilayah reses juga ada yang mengikuti system plasma di perkebunan sawit, namun mereka mengeluhkan karena hasilnya tidak memadai, sementara tanah milik masyarakat perusahaan manfaatkan.
"Masyarakat minta system plasma yang melibatkan warga setempat di perkebunan tebu untuk dibenahi lagi, sehingga hasil yang mereka dapatkan cukup memadai,” ujar mantan aktivis mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu.
Selain itu, lanjut Karlie yang sudah beberapa kali menjadi anggota DPRD Kalsel tersebut, masalah klasik yaitu menyangkut ketersediaan pupuk bersubsidi juga masih menjadi keluhan masyarakat.
Menurut dia, sebenarnya sudah ada solusi permasalahan pupuk bersubsidi tersebut yaitu melalui aplikasi i-Pubers yang merupakan integrasi pupuk bersubsidi dari PT Pupuk Indonesia.
Penerapan aplikasi i-Pubers pada enam provinsi di Indonesia yaitu Bangka Belitung (Babel), Riau, Kalsel, Sumatera Utara (Sulut), Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Sulawesi Tenggara (Sultra).
Karlie menjelaskan, aplikasi i-Pubers merupakan hasil ‘perkawinan’ antara T-Pubers yaitu Tebus Pupuk Bersubsidi milik Kementerian Pertanian (Kementan) dengan aplikasi Rekan dari Pupuk Indonesia yang tujuannya mempermudah proses penebusan pupuk bersubsidi di kios-kios yang ditunjuk.
Baca juga: Masyarakat HST Kalsel tetap tolak usaha pertambangan
"Tetapi kenyataannya ketika saya reses masih banyak masyarakat belum mengetahui tentang aplikasi i-Puber tersebut. Karenanya pula aplikasi i-Pubers harus lebih disosialisasikan lagi, sehingga masyarakat bisa benar-benar menikmati kemudahannya,” kata Karlie.
Saat reses, Karlie juga menemukan fakta bahwa asuransi petani yang pernah ada , ternyata sekarang sudah tidak berjalan. “Padahal keberadaan asuransi pertanian dimaksudkan untuk mengurangi beban petani, misalnya saat gagal panen. Ke depan, asuransi pertanian ini perlu diterapkan lagi, dengan premi yang dibayarkan oleh pemerintah,” ujar Karlie.
Saat reses masyarakat juga memberikan masukkan tentang infrastruktur jalan yang perlu pembenahan, seperti Desa Sawahan Kecamatan Cerbon yang jalannya rusak parah dan sulit terjangkau sehingga membuat lokasi desa tersebut setengah terisolasi dari lingkungan sekitar.
Berbagai masukkan lain masyarakat sampaikan kepada Karlie Hanafi. “ Ini kesempatan kami menyampaikan aspirasi kepada wakil rakyat, karena wilayah kami sama sekali tidak pernah didatangi wakil rakyat, baru Pak Karlie yang datang,” ujar Marwoto, tokoh masyarakat di Desa Sawahan.
Baca juga: Warga HSU Kalsel harapkan penanganan masalah banjir secara tuntas
Karlie mengatakan untuk aspirasi yang mereka sampaikan akan dia teruskan kepada pihak yang berkompeten, baik tingkat provinsi maupuh kabupaten. Selain itu, juga ada aspirasi yang bisa ditangani oleh Karlie langsung secara pribadi.
Kegiatan reses yang dilaksanakan Karlie Hanafi sebanyak 16 titik di 16 desa di Kecamatan Marabahan dan Kecamatan Cerbon selalu mendapat sambutan antusias dari warga setempat. Pada setiap titik reses, masyarakat yang hadir tidak pernah kurang dari seratus orang.
Sebanyak 16 desa itu termasuk Kecamatan Marabahan adalah Desa Bagus, Baliuk, Penghulu, Sidomakmur, Antar Baru, Karya Maju, Antar Raya, dan Desa Antar Jaya.
Sedangkan desa yang masuk wilayah Kecamatan Cerbon adalah Desa Sungai Kambat, Sungai Raya, Badandan, Bantuil, Sawahan, Simpang Nungki, Sungai Tunjang dan Desa Sungai Rasau.
Baca juga: Pemprov Kalsel diharapkan benahi infrastruktur HST
Mayoritas petani Batola Kalsel masih andalkan pertanian padi
Senin, 29 Januari 2024 2:09 WIB