Raja mencatat bahwa jumlah korban anak-anak yang meninggal di Jalur Gaza melampaui jumlah anak-anak yang terbunuh di zona konflik di seluruh dunia pada 2023.
Pada acara Peringatan Genosida Kigali di Rwanda, sang raja menyebutkan bahwa kekejaman tersebut selalu mengingatkan semua pihak tentang implikasi mengerikan akibat dehumanisasi terhadap orang lain.
Dia juga menekankan bahwa memupuk rasa takut dan menyebarkan informasi salah, sehubungan dengan minimnya respons tepat dari masyarakat internasional, akan mengarah pada bentuk-bentuk ekstremisme yang keji.
Raja mengungkapkan lebih dari 30.000 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, terbunuh atau hilang akibat agresi yang hingga kini masih berlangsung.
Soal agresi Israel, dia menyatakan, "Bagaimana bisa agresi dan penembakan membabi buta dapat membawa perdamaian? Bagaimana bisa mereka menjamin keamanan ketika hal itu dibangun di atas kebencian?"
Raja menambahkan bahwa “ Anak-anak yang terbunuh di Gaza jumlahnya lebih banyak ketimbang konflik lainnya di seluruh dunia tahun lalu”.
"Dari para penyintas, banyak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya, generasi anak yatim piatu”.
Raja Yordania itu juga menekankan bahwa, tanpa perdamaian yang adil berdasarkan solusi dua negara, dunia akan terus menanggung dampak buruk atas kegagalan menyelesaikan konflik.
"Kita tidak akan pernah tahu perdamaian dan stabilitas yang sesungguhnya di Timur Tengah," ujarnya.
Baca juga: Yordania, AS tolak pindah paksa warga Gaza di tengah perang Israel
Baca juga: Dukung Gaza, peretas Yordania targetkan situs militer Israel
Video: Raja Yordania ajak pemimpin dunia hentikan eskalasi di Gaza
Sumber: WAFA
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari