Kebanyakan perajin mengakui menggambar pola memang tidak begitu sulit, sesekali mereka meletakkan pensil dan membentangkan kain untuk melihat motifnya sudah sesuai atau belum.
Setelah motif dibentuk, jarum mulai menembus lembar demi lembar diikuti benang menusuk kain demi membentuk lekukan jahitan mengikuti julur motif goresan pensil. Uniknya, semua lekukan jahitan ini dibentuk secara manual dengan keterampilan tangan. Alasannya, jika menggunakan mesin jahit, hasilnya tidak seindah lekukan jari.
Lalu, kain digulung memanjang, bagian tengah diikat kencang dan diapit dua ikatan masing-masing di ujung kain, kemudian dicelupkan ke pewarna dasar sebelum dibersihkan dengan sabun cuci agar kain steril dari kotoran.
Setelah dibersihkan, kain ini dibentangkan di atas nampan. Jari-jari mereka mulai mencubit-cubit kain mengikuti juluran benang dengan lihai, guna membentuk motif yang lebih khusus lagi.
Karena kebiasaannya mencubit kain, punggung tangan mereka timbul lekukan berwarna biru pucat menyerupai garis petir, urat tangan. Ini pertanda bahwa mereka sudah profesional.
Dalam proses itu, ada adu keterampilan. Semakin bagus motif, semakin mahal pula harganya. Di sebuah botol sudah disediakan pewarna sintetis, yang digunakan memberi warna tambahan di motif kain. Agar hasilnya sempurna, ujung botol diberikan lubang kecil. Ibarat menuangkan kecap ke telur mata sapi, seperti itu pula cara pemberian warna mengikuti juluran benang.
Berikutnya dituangkan beberapa zat perekat, gunanya agar warna kain sasirangan tidak mudah luntur. Lalu beberapa menit kemudian dibilas hingga bersih sebelum akhirnya dijemur di bawah terik sinar Matahari.
Semua prosesnya tampak seperti mudah bukan, tapi jika salah tahap menggambar motif dan mewarnai, hasilnya pun bisa terlihat buruk.
Kampung Sasirangan Sungai Jingah ini resmi ditetapkan sebagai Situs Ke-3 Geopark Meratus pada Desember 2022. Hal itu menyusul adanya sejarah geologi yang melekat pada proses terbentuknya kebiasaan masyarakat menggunakan sasirangan kala itu.
Baca juga: Memandang lalu-lalang "emas hitam" di Situs Geopark Meratus