Banjarmasin (ANTARA) - Pemerintah Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan berupaya menstandarisasikan harga Kain Sasirangan agar lebih terjangkau masyarakat di pasaran.
Perhatian ini, lanjut dia, merupakan rangkaian Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) ke-8 periode 2024 sebagai kegiatan tahunan bagi pariwisata dan mengangkat kerajinan Kain Sasirangan.
Sebab, kata Tezar, panggilan akrabnya, banyak perajin Kain Sasirangan di "Kota Seribu Sungai" yang menginginkan ada standarisasi harga.
"Ada kompetensi antar perajin dalam menjual produknya yang mana kualitas biasa dan harganya murah lebih banyak diminati orang luar jika dibanding kualitas bagus namun harganya mahal," ucapnya.
Dikatakan dia, berkaca dari harga kain batik berasal dari daerah Jawa itu dihargai cukup tinggi kisaran Rp300 ribu per helai.
"Sedangkan Kain Sasirangan itu masih ada seharga Rp125 ribu. Justru ini akan merugikan perajin. Makanya coba kita menstandarkan dan ini akan berdampak pada para penjelujur (perajin)," ungkapnya.
Terkait hal tersebut, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Banjarmasin Siti Wasilah mengapresiasi segala masukan yang disampaikan pada Forum Diskusi Sasirangan.
Karena kegiatan yang pihaknya selenggarakan dalam rangkaian BSF 2024 ini bertujuan untuk mengetahui persoalan yang sering dihadapi para perajin Kain Sasirangan.
Tentunya, kegiatan BSF untuk memfasilitasi para UMKM terutama perajin yang mempromosikan dan memasarkan produk. Selain itu, kesempatan ini juga menjadi ajang edukasi sekaligus apresiasi bagi para perajin melalui berbagai lomba yang diselenggarakan.
"Terpenting, masyarakat juga harus turut merasakan makanya ada pawai Sasirangan," kata Wasilah.
Adapun berbagai masukan maupun aspirasi para perajin Kain Sasirangan menjadi catatan bagi Pemerintah Kota Banjarmasin.
Selain itu, Dekranasda Kota Banjarmasin pun akan terus merangkul dan mengawal para perajin Kain Sasirangan menuju lebih baik.