Memandang lalu-lalang "emas hitam" di Situs Geopark Meratus
Oleh Tumpal Andani Aritonang Sabtu, 9 Desember 2023 22:25 WIB
Pada ruas sungai di sisi barat digunakan untuk lalu lintas kapal kecil karena kedalamannya cukup dangkal. Kemudian pada ruas sebelah timur, kapal tongkang sehari-hari melintas ke arah selatan membawa batu bara keluar dari Kalimantan.
Tongkang itu akan kembali ke arah utara tanpa muatan, tepatnya di Ibu Kota Barito Kuala, Marabahan. Membutuhkan waktu sekitar 3 jam melewati perairan, namun jika menggunakan armada darat hanya memakan waktu 50 menit. Di sini tongkang setiap saat memuat batu bara, setelah terisi akan berlayar kembali ke arah selatan.
Untuk menilik pemandangan tongkang melaju, pengunjung tidak perlu merogoh kocek khusus, bersepeda motor sudah cukup, berhenti di pinggir jembatan. Menunggu sekitar 12 menit tongkang batu bara sudah melintas.
Pemandangan tongkang ini tidak hanya dari atas jembatan. Jika ingin bersentuhan langsung dengan perairan, pengunjung boleh memutar balik ke ruas jembatan arah barat sekitar 100 meter, turun ke bawah jembatan, terdapat seseorang pemilik perahu kecil, Samsul, namanya. Rumahnya di tepi sungai 15 meter dari bawah jembatan.
Kesehariannya mengantar tamu menyeberangi sungai, dengan waktu sekitar 10 menit menumpang perahu kecil, pengunjung sudah bisa menjelajahi keindahan pemandangan tongkang batu bara di bawah jembatan. Sesekali terlihat hewan bekantan melompat di atas pohon di sekitar Pulau Bakut.
“Meskipun tongkang batu bara terus melintas, sudah puluhan tahun saya di sini tidak ada pencemaran lingkungan, tidak pernah ada tongkang terbalik di sini,” kata Samsul.
Berjarak tempuh sekitar 5 menit ke arah utara perairan Sungai Barito, di sana biasanya lebih dari tiga tongkang sudah menunggu giliran menyeberangi Jembatan Barito.
Kawasan ini resmi ditetapkan sebagai salah satu bagian warisan geologi dari Geopark Meratus.
Baca juga: Mengangkat Desa Belangian jadi objek wisata Geopark Nasional