Jakarta (ANTARA) - Kurs rupiah Senin pagi menguat 0,87 persen atau 138 poin menjadi Rp15.590 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.728 per dolar AS.
Rupiah menguat saat dolar melemah tertekan oleh data tenaga kerja AS, data Non Farm Payrolls (NFP) edisi Oktober 2023, dan data tingkat pengangguran AS yang tidak sesuai ekspektasi.
“Data tenaga kerja AS versi pemerintah AS yang dirilis Jumat (3/11) malam kemarin umumnya lebih buruk dari ekspektasi pasar," ujar pengamat pasar uang Ariston Tjendra ketika dihubungi Antara, Jakarta, Senin.
Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat hingga 128 poin pada penutupan perdagangan
Menurut dia, hasil ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia dan menguatkan kemungkinan Federal Reserve (The Fed) akan mengakhiri periode bunga tinggi lebih cepat.
Selain sejumlah data ekonomi AS yang di bawah perkiraan, hasil rapat kebijakan moneter AS yang terakhir kemarin juga kurang hawkish. Karena itu, pelaku pasar bertambah yakin masuk ke aset berisiko sehingga dapat mendorong penguatan rupiah.
“(Angka-angka data ekonomi AS yang meleset dari perkiraan) mungkin dari kebijakan moneter The Fed sendiri yang menerapkan suku bunga tinggi ke perekonomian AS, sehingga biaya bisnis meninggi yang menyebabkan demand bisa berkurang dan perusahaan menahan ekspansi,” ucapnya.
Melihat sentimen dari dalam negeri, pasar menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III/2023. Data yang di atas 5 persen bisa memberikan persepsi positif untuk rupiah.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi menguat jadi Rp15.874 per dolar AS
Baca juga: Dolar AS melemah didorong sikap dovish The Fed
Baca juga: Emas naik seiring pelemahan dolar AS
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti