Houston (ANTARA) - Harga minyak naik ke level tertinggi tahun ini pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena ekspektasi pasokan yang lebih ketat melebihi kekhawatiran terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya persediaan minyak mentah AS.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November, terangkat 1,82 dolar AS atau 1,98 persen menjadi menetap di 93,70 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah mencapai tertinggi sesi di 93,89 dolar AS per barel yang merupakan tertinggi sejak November 2022.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober, menguat 1,64 dolar AS atau 1,85 persen menjadi ditutup pada 90,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, menetap di atas 90 dolar AS untuk pertama kalinya sejak November.
Pada Rabu (13/9/2023), Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pengurangan produksi minyak yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia akan mengakibatkan defisit pasar hingga kuartal keempat. Harga sempat mundur karena laporan persediaan AS yang bearish sebelum melanjutkan kembali kenaikannya.
"Laporan stok yang benar-benar bearish ini hanya menimbulkan godaan singkat untuk menjual, menunjukkan banyak hal dan menggarisbawahi mentalitas pasar," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM.
Kedua harga acuan tersebut secara teknis masih berada di wilayah overbought.
Hedge fund telah membeli minyak mentah berjangka selama dua atau tiga minggu terakhir karena "fundamental terus menguat, sebagian besar didorong oleh tingginya permintaan bensin dan solar," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Sehari sebelum laporan IEA, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengeluarkan perkiraan terbaru mengenai permintaan yang kuat dan juga menunjukkan defisit pasokan pada tahun 2023 jika pengurangan produksi terus berlanjut.
“Pasar semakin khawatir dengan kecukupan pasokan,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.
“Rusia dan Saudi bertindak dengan cara yang secara signifikan dapat membatasi pasokan saat kita memasuki musim puncak permintaan di belahan bumi utara, untuk periode musim dingin,” tambah Kilduff.
Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga acuannya ke rekor tertinggi, namun mengisyaratkan bahwa ini kemungkinan merupakan langkah terakhirnya untuk mengendalikan inflasi.
Investor melihat kemungkinan 97 persen bahwa Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga tetap stabil pada pertemuan berikutnya 20 September, menurut CME FedWatch Tool.
Sementara itu, bank sentral China menyatakan akan memotong jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan untuk kedua kalinya tahun ini guna meningkatkan likuiditas dan mendukung pemulihan ekonomi negaranya.
China adalah konsumen minyak terbesar kedua di dunia dan pemulihan ekonominya masih berombak, sehingga mengkhawatirkan pasar terhadap permintaan.
Baca juga: Minyak “rebound“ di Asia karena pasar fokus ke terbatasnya pasokan
Baca juga: Minyak naik ke tertinggi 10 bulan karena prospek pasokan lebih ketat
Baca juga: Harga minyak Brent turun tipis jadi 91,88 dolar AS per barel
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto