Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota Komisi IV bidang kesra DPRD Kalimantan Selatan H Rosehan NB mengingatkan pemerintah provinsi setempat kalau mau membangun "sport center" (sentral kegiatan olahraga) harus memperhitungkan secara matang.
"Membangun sport center harus dengan perhitungan matang. Jangan cuma untuk keperluan Pekan Olahraga Nasional (PON), sesudah ajang tersebut tidak berfungsi lagi," katanya menjawab Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Jumat.
Ia mengemukakan itu berhubungan dengan salah satu perioritas pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kalsel tahun 2016 - 2021, yaitu provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota ini berkeinginan menjadi tuan rumah atau pelaksana PON.
"Kita menyambut positif keinginan Bapak Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor mau menjadikan provinsinya sebagai tuan rumah PON," ujar anggota Komisi IV DPRD provinsi tersebut yang juga membidangi kepemudaan dan keolahragaan itu.
Pasalnya, lanjut mantan Wakil Gubernur Kalsel itu, kalau mau menjadi tuan rumah PON berarti harus melengkapi atau membangun sarana dan prasarana olahrga yang lebih memadai - sesuai standar nasional, seperti sport center untuk tempat pertandingan/lomba.
"Namun sport center tersebut harus tetap bermanfaat secara maksimal pascapelaksanaan PON, baik untuk kegiatan keolahragaan maupun sosial kemasyarakatan lain yang bernilai positif, sebagaimana halnya Gelora Bung Karno atau Stadiun Senayan Jakarta," katanya.
Sebab, lanjut Wakil Gubernur Kalsel periode 2005 - 2010 yang kini bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu, sayang kalau pembangunan sport center yang menelan biaya cukup besar atau merupakan mega proyek tersebut hanya untuk pelaksanaan PON.
Rencana pembangunan sport center muncul ketika Gubernur Kalsel dua periode, H Rudy Ariffin yang terinspirasi beberapa stadion atau sport center di provinsi lain.
Sebagai contoh sport center "Jaka Baring" Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) dan stadiun Sampaja Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).
Tapi karena terkendala masalah kawasan yang belum rampung untuk pembangunan sport center sehingga sarana dan prasarana olahraga tersebut belum terwujud sampai saat ini.