Banjarmasin (ANTARA) - Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Pol Andi Rian R Djajadi menyebutkan perlu helikopter "water bombing" atau pengeboman air untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah yang sulit dijangkau tim satuan tugas darat.
"Jadi ada beberapa lokasi lahan gambut terbakar tidak bisa ditembus untuk pemadaman, makanya diperlukan water bombing," kata Andi di Banjarmasin, Rabu.
Baca juga: BPBD Kalsel andalkan radio "repeater" guna pantau karhutla
Andi pun mengaku sudah berkoordinasi dengan gubernur dan sekda agar bisa melakukan pengajuan bantuan helikopter water bombing ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dia berharap pemerintah pusat bisa menyetujui agar upaya penanggulangan karhutla di Kalsel bisa optimal untuk wilayah yang sulit dijangkau lewat akses jalan darat.
Terutama pada wilayah yang berpotensi bisa berdampak pada terganggunya penerbangan di bandara akibat kabut asap yang ditimbulkan.
Baca juga: PT SLS giat patroli gabungan bersama muspika, TNI dan Polri
Diakui dia, dalam beberapa hari terakhir telah muncul titik api di sejumlah wilayah seiring tidak adanya hujan seperti di Kota Banjarbaru, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Kotabaru.
Melalui aplikasi Berantas Kebakaran Hutan dan Lahan (Bekantan) milik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kalsel, polisi terus melakukan pemantauan titik panas (hotspot) dan secepatnya diinformasikan ke petugas terdekat untuk dipadamkan jika betul api yang membakar lahan.
Meski begitu, Kapolda menyatakan belum ada temuan lahan sengaja dibakar namun api yang memang muncul tanpa diketahui penyebabnya.
"Saya sudah perintahkan jika ada yang membakar lahan tangkap dan proses hukum, sembari terus mengedukasi masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar," tegasnya.
Baca juga: BPBD Kalsel tingkatkan patroli usai karhutla landa 13 wilayah