Paringin (ANTARA) - Pulau Kalimantan salah satu wilayah yang memiliki keanekaragam flora mengingat banyaknya kawasan hutan tropis sehingga ada banyak jenis tanaman yang bisa tumbuh.
Ada beberapa flora atau tumbuhan unik asal Kalimantan yang kini mulai langka karena jumlahnya yang terus berkurang.
Karena itu, tumbuhan itu perlu dilindungi dan tidak boleh sembarangan dipetik atau diambil.
Kondisi ini pun memotivasi Syahridin, Kepala Desa Balida Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan membantu upaya pelestarian flora endemik Kalimantan.
Keinginannya pun mendapat dukungan warga Desa Balida dan PT Adaro Indonesia melalui dana CRS sehingga kawasan wisata Pasar Budaya Racah Mampulang bisa dibangun sejak tahun 2019.
"Wisata yang kami kelola tak hanya ramah lingkungan namun melindungi beberapa flora endemik Kalimantan," ujar Syahridin.
Dengan bangga Syahridin mengatakan obyek wisata yang dikelola Bumdes Desa Balida punya koleksi pohon Tandui (Mangipera sp) satu jenis mangga-manggaan endemik Kalimantan yang saat ini sangat langka.
Keberadaan tanaman ini termasuk langka berdasarkan IUCN atau International Union for the Conservation of Nature dalam kategori vulnerable (rentan).
Mengingat budidaya tanaman tandui masih sangat kurang, karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknik budidaya tanaman.
"Pohon Tandui ini sangat langka dan pengunjung bisa lebih mengenal flora endemik Kalimantan lainnya di sini dengan sangat mudah menggunakan metode barcode melalui HP" ungkap Syahridin.
Usia pohon Tandui yang dikenal masyarakat setempat memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit ini sekitar 100 tahun lebih.
Kini di dalam kawasan wisata Pasar Budaya Racah Mampulang ada lebih dari 20 flora endemik buah-buahan dan 7 jenis bambu serta anggrek khas Kalimantan..
Ada anggrek hitam, pohon manggis, langsat, kolang kaling dan buah lokal lainnya. Syahridin mengatakan sarana dan prasarana di kawasan wisata ini juga ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah dari sampah dan bahan dari alam seperti bambu.
Titian dari bambu membelah areal persawahan seluas 1,5 hektare makin mempercantik wisata alam dengan suasana alam kawasan persawahan termasuk pendopo serba guna yang juga dibuat dari bahan alam.
Konsep pengembangan wisata desa berbasis komoditas bambu telah diajarkan oleh PT Adaro Indonesia kepada masyarakat Balida.
Mulai dari teknik budidaya bambu hingga pengolahan bambu pasca panen menjadi spot wisata dan berbagai kerajinan, selain itu juga membentuk kebun bambu demi keberlanjutan wisata dan kelestarian lingkungan.
Hal tersebut selaras dengan yang dilakukan oleh Adaro di daerah operasional perusahaan, mengingat fungsi bambu sebagai tanaman penghasil oksigen dan penyerap emisi karbon yang tinggi.
Section Head CSR PT Adaro Indonesia Firmansyah mengatakan penanaman bambu tersebut sebagai upaya untuk melestarikan dan menjaga lingkungan di sekitar pasar budaya yang ada di Desa Balida.
“Diharapkan pohon bambu tidak akan menjadi tanaman langka ke depannya dan agar pagelaran pasar budaya di Desa Balida terus dilaksanakan secara rutin sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar” ungkapnya.
Obyek wisata Pasar Budaya Racah Mampulang ini hanya sekitar 10 kilometer dari Kota Paringin ibu kota Kabupaten Balangan.
Bagi yang ingin menikmati panorama alam persawahan sekaligus lebih mengenal flora endemik Kalimantan bisa mengunjungi Desa Balida.
Kawasan ini satu bukti peran nyata masyarakat desa dan didukung penuh PT Adaro Indonesia dalam pelestarian lingkungan sekaligus mendongkrak pendapatan desa dengan memanfaatkan potensi alamnya.
Terbukti saat ini Desa Balida telah dinobatkan menjadi Desa Proklim tingkat Utama dari Kementerian LHK RI Tahun 2022.