Banjarmasin (ANTARA) - Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengoptimalkan potensi ekonomi di Wisata Selanjung Sungai Biuku di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melalui pelatihan bauran komunikasi pemasaran dan konten kreatif bagi anggota kelompok sadar wisata (Pokdarwis) pada masyarakat setempat.
"Kami menyampaikan materi mengenai konsep bauran pemasaran 7P, yakni product, price, promotion, place, people, physical evidence dan process," kata Noviana Sari, anggota tim dosen wajib mengabdi dari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) ULM di Banjarmasin, Kamis.
Kemudian anggota Pokdarwis juga mendapatkan praktik "public speaking" atau kemampuan berbicara di depan umum yang mendukung unsur "people" atau sumber daya manusia dalam bauran pemasaran.
Selain itu, peserta pelatihan pengabdian masyarakat dari dua dosen ULM, Noviana Sari, dan Lalita Hanief, serta satu mahasiswa Syarif Hidayat, juga mendapatkan tutorial konten kreatif mengenai foto, caption atau teksnya dan pembuatan video sederhana untuk konten media sosial Instagram.
Konten kreatif yang diunggah pada akun Instagram @wisata_sungaibiuku itupun diharapkan dapat meningkatkan promosi dan minat wisatawan untuk berkunjung ke wisata Sungai Biuku.
Wisata Selanjung Sungai Biuku terletak di Kelurahan Sungai Andai, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Perkampungan Sungai Biuku tertata rapi dan lingkungannya terlihat bersih dan asri.
Wisata susur sungai dengan konsep "Sungai Biuku Studi Tour" bisa dinikmati wisatawan mulai mengenal alat pancing tradisional, pembuatan ecobrick atau kerajinan daur ulang sampah plastik, menikmati kuliner lempeng belayung hingga mengenal hewan biuku spesies kura-kura air tawar.
Sungai Biuku meraih prestasi membanggakan sebagai lima desa wisata di Banjarmasin dari 300 desa wisata se-Indonesia yang ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada tahun 2022.
Ketua Pokdarwis Senanjung Didi Wahyudi mengungkapkan hewan biuku atau lebih dikenal dengan sebutan kura-kura dulu banyak ditemukan di desa mereka sehingga desa tersebut dinamakan Sungai Biuku.
Diakui dia, warga mengalami kendala dalam mengelola wisata Sungai Biuku lantaran kurangnya promosi, bencana banjir yang merusak fasilitas dan dampak pandemi COVID-19 yang melemahkan pariwisata karena adanya pembatasan.
"Kami sangat berterima kasih atas kegiatan pelatihan bauran komunikasi pemasaran dan konten kreatif dari tim ULM, ini sangat bermanfaat bagi kemajuan wisata kampung kami ke depan," ucap dia.