Salah seorang petugas Puskesmas Kambat Kecamatan Pandawan, Rahayu di Barabai, Senin mengatakan, pada tahun 2015, pihaknya melakukan penyisiran dan pemeriksaan kepada beberapa warga di daerah tersebut.
Hasilnya, dari penyisiran tersebut ditemukan dua penderita yang terserang bakteri tersebut, yaitu bocah berusia delapan tahun dan seorang remaja putus sekolah berusia 16 tahun dari Desa Kayu Rabah.
"Saat kami survei dan melakukan tes mati rasa di daerah yang ada bercak putih seperti panu, penderita mengaku mati rasa, sehingga diduga terserang kusta," katanya.
Selanjutnya, tambah dia, kedua anak tersebut, diminta datang ke puskesmas untuk melaksanakan tes BTA telinga.
Kedua penderita tambah dia, diobati sesuai kondisi berdasarkan gejala klinis, yaitu munculnya bercak putih yang membuat mati rasa tersebut, dengan masa pengobatan rawat jalan selama enam bulan sampai satu tahun.
Menurut dia, selain mengobati penderita, pihaknya juga meminta kepada keluarga untuk memantau pengobatan, dan juga meminta petugas juru kusta di puskesmas untuk memberikan perhatian.
"Seringkali pihak keluarga lalai mengambil obat, dengan alasan kesibukan di sawah," katanya.
Tidak jarang, tambah dia, petugas Puskesmas juga aktif mendatangi pasien untuk mengantarkan obat, agar jangan sampai pengobatan tersebut putus.
Kepala Puskesmas Kambat Utara, M Pahriadi, mengatakan bahwa hasil survei itu benar adanya. Beberapa warga desa di lingkungan puskesmasnya menderita kusta.
"Alhamdulillah, karena saat ditemukan kondisinya masih dini, ditambah dengan pengobatan rutin selama enam bulan, keduanya akhirnya bisa disembuhkan," katanya.
Ia berharap, pemkab HST, menambahkan anggaran pemberantasan kusta, termasuk operasional juru kusta.
"Hingga pekan kedua bulan ini, memang belum terdeteksi adanya penderita penyakit kusta. Namun begitu, bukan berarti daerah ini terbebas dari penyakit yang juga biasa disebut lepra itu," katanya.