Banjarmasin (ANTARA) - Masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) mengharapkan segera selesai proyek pembangunan pengendalian banjir Sungai Barabai (sekitar 165 kilometer dari Banjarmasin) berupa kolam regulasi.
Pewarta Antara Kalsel dari Banjarmasin yang meninjau rencana kolam regulasi itu, Kamis melaporkan, proyek pembangunan pengendalian banjir Sungai Barabai tersebut masih sedang pekerjaan.
Namun warga masyarakat "Bumi Murakata" HST banyak tidak mengetahui kapan proyek pembangunan pengendalian banjir Sungai Barabai selesai, besar pembiayaan serta sumber dana.
Pasalnya di lapangan proyek itu tanpa papan pengumuman lama pekerjaan/waktu selesai, serta sumber dana dan besaran pembiayaan sebagaimana proyek-proyek pada umumnya.
Kecuali itu, berupa pengumuman fisik proyek seperti kolam regulasi tepi luar lebih kurang 62,457 hektare (ha), kolam tergenang sekitar 45,3 ha dan kolam retensi lebih kurang enam hektare.
Pembangunan pengendalian banjir Sungai Barabai yang berhulu pada Kali Benawa/kawasan Pegunungan Meratus berupa kolam regulasi tersebut meliputi wilayah Kecamatan Barabai dan Kecamatan Batu Benawa, HST.
Warga Bumi Murakata HST berharap dengan selesainya pembangunan pengendalian banjir berupa kolam regulasi tersebut dapat meminimalkan dampak bencana banjir
Sebagaimana halnya ketika bencana banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Kalsel pada Januari 2021, Bumi Murakata HST atau khususnya "kota apam" Barabai masuk terparah.
Ketika bencana banjir Januari 2021 tersebut, kota apam Barabai atau "Bandung Kalimantan" (julukan Presiden Soekarno) atau "Bandung van Borneo" (julukan masa Hindia Belanda) pada kawasan permukiman ada yang kedalaman air mencapai dua meter.
Selain itu, di daerah hulu Kali Benawa beberapa rumah penduduk dan tempat ibadah hanyut serta sejumlah jembatan gantung rusak kena terjang banjir bandang (baah tampuh = air bah/banjir yang secara tiba-tiba), karena guyuran hujan lebat di kawasan Pegunungan Meratus hampir sepekan.
Begitu pula pada sektor pertanian, banyak kebun rusak serta gagal panen, dan bahkan hamparan persawahan tertimbun lumpur seperti di Munti Desa Aluan Besar, Kecamatan Batu Benawa.