"Festival makanan digelar lokasi objek wisata sungai di Siring Jalan Tendean, 13-14 Februari 2016," kata Kabid Pengembangan Pariwisata, Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin M Khuzaimi di Banjarmasin, Kamis.
Menurut Khuzaimi yang juga anggota Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin, disediakan 25 stand pameran sekaligus penjualan aneka penganan khususnya kue-kue tradisional Banjar.
Namun oleh panitia juga ditampilkan aneka makanan modern pada stand-stand tersebut, sebagai upaya meramaikan festival makanan yang pertama kali digelar di kota wisata seribu sungai tersebut.
Ia mengakui, aneka kuliner memang selalu memancing orang untuk datang ke suatu lokasi agar bisa mencicipi kelezatan kuliner tersebut, makanya festival kali ini lebih dipromosikan ke berbagai wilayah di Kalsel dan luar Kalsel.
Berdasarkan keterangan, masyarakat Banjar yang merupakan suku terbesar mendiami wilayah selatan pulau paling besar di nusantara tersebut memiliki kebiasaan membuat aneka penganan atau kue-kue yang dikenal dengan istilah "kue 41 macam."
Kue-kue tersebut sebagian besar diolah dengan potensi sumber pangan setempat, seperti beras, ketan, pisang, talas, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kedelai, gula aren, dan santan kelapa.
Yang paling dikenal kue-kue tersebut lantaran sering dijajakan penduduk, seperti kue bingka, amparan tatak, sarimuka, keraraban, puteri salat, saripenganten, gagatas, rangkasusun, wajik, lamang, serabi, limping, dan cincin.
Kue lainnya, wajik, cangkarok, bulungan ayam, lapat, babongko, kikicak,untuk-untuk, pais pisang, pais waluh, pare, onde-onde,gaguduh, dadar gulung, puracit, ipau, lakatan bahinti, pupudak, ulin-ulin, upak, putu mayang, gumpal, cakodok, roti pisang, dan pundut.
Kue-kue tradisional Banjar ini biasanya bermunculan saat bulan puasa, tetapiu setelah itu hanya sebagian saja yang dijualbelikan, karena itu melalui kegiatan festival makanan ini maka keberadaan penganan khas ini kian dikenal sebagai produk yang bisa memancing wisatawan.